Kerap Bergairah dengan Benda Mati? Bisa Jadi Anda Alami Fetisisme, Ini Ciri dan Cara Mengobatinya

Ilustrasi fetisisme
Sumber :
  • Pixabay

Pada individu yang mengidentifikasi dirinya memiliki fetish tertentu namun tidak mengalami gangguan seperti ulasan di atas, akan dikategorikan sebagai orang dengan fetish, namun tidak memiliki gangguan fetisisme (fetishistic disorder). Diagnosis gangguan fetisisme harus memenuhi kriteria A dan B di atas secara bersamaan.

Pasutri Harus Tau, Ini 8 Cara Mencegah Kehamilan, Nomor 8 Dijamin Ampuh

Pengobatan Fetisisme

Pada beberapa kondisi, fetisisme mungkin tidak memerlukan penanganan tertentu jika masih bisa dikendalikan dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Namun, pada kasus yang tergolong parah, fetisisme perlu ditangani melalui sejumlah tindakan medis, seperti:

Manfaat Mencium Bau Ketiak Pasangan: Lebih dari Sekadar Bau?

• Psikoterapi (talk therapy): Pendekatan psikologis yang dilakukan untuk membantu mengatasi masalah pasien, termasuk perilaku seksual yang menyimpang. Beberapa jenis psikoterapi yang umum dilakukan sebagai cara menyembuhkan fetisisme adalah terapi perilaku kognitif, acceptance and commitment therapy (ACT), dan psikoterapi psikodinamik.

• Penggunaan obat-obatan tertentu: Dokter juga dapat memberikan obat-obatan tertentu, seperti antidepresan serta obat penenang guna membantu menangani gangguan keseimbangan senyawa kimia dalam otak dan mengurangi pemikiran kompulsif yang berkaitan dengan fetisisme. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan antiandrogen untuk pasien pria guna menurunkan kadar hormon testosteron untuk sementara, sehingga dapat mengendalikan gairah seksual.

Jomblo Wajib Baca, Ini 5 Cara Agar Bisa Menabung untuk Biaya Nikah dengan Gaji 4 Juta

Gangguan fetisisme cenderung berfluktuasi dalam intensitas dan frekuensi dorongan maupun perilaku. Akibatnya, pengobatan yang efektif biasanya perlu dilakukan dalam jangka waktu panjang. Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menggabungkan terapi obat dengan terapi perilaku kognitif bisa efektif dalam menangani fetisisme.