Falsafah Silat Setia Hati Terate
- Instagram @pshterateindonesia
Banten.Viva.co.id - Setiap perguruan atau peguron silat, pasti memiliki falsafah dalam pendiriannya. Begitu Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), memiliki falsafahnya tersendiri.
Bagi Warga SH Terate, sebutan untuk anggota SH Terate, falsafah menjadi dasar mereka untuk bertindak dan melakukan sesuatu hal. Sehingga harus tertanam di dalam pikiran, tindak tanduk dan sanubarinya.
Selain belajar pencak silat, Warga atau anggota PSHT, dibekali dengan falsafah PSHT yang ditanamkan pada diri setiap warganya.
Falsafah dan ajaran yang utama dari PSHT adalah manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan, selama manusia itu setia pada hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri.
Kemudian selalu mengedepankan agama, seperti tidak ada kekuatan apapun di atas manusia yang bisa mengalahkan manusia, kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Ajaran tersebut telah menjadi keyakinan kuat bagi semua Warga PSHT, sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi anggota atau Warga secara pribadi maupun Persaudaraan.
Sebagai salah satu seni bela diri yang berasal dari timur atau Jawa Timur, PSHT bertujuan membantu anggotanya untuk mengembangkan karakter jujur, menjaga keseimbangan fisik, mental, kecerdasan, emosi, sosial, dan spiritual. Sehingga keseimbangan hidup bisa tercipta disetiap Warga SH Terate.
Perlu diketahui bahwa, mengutip dari website www.psht.or.id, Rabu, 31 Januari 2024, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), didirikan di Madiun, Jawa Timur, pada 1922, oleh guru sepuhnya bernama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Ki Hajar Hardjo Oetomo (1888-1952), seorang pahlawan perintis Kemerdekaan RI.
Hingga kini, pusat persilatan SH Terate, berada di Madiun, sebuah daerah yang diapit oleh Magetan, Ngawi dan Ponorogo.
PSHT semula bernama Setia Hati Pemuda Sport Club (SH PSC) yang berbentuk organisasi. Nama ini kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club" dan akhirnya diubah menjadi "Persaudaraan Setia Hati Terate", dalam kongres pertama di Madiun, 25 Maret 1951.
Perkembangan dan penyebaran PSHT tidak terlepas dari jasa beberapa tokoh yang turut membesarkan PSHT, diantaranya RM Soetomo Mangkudjojo, Santoso Kartoatmodjo, Irsyad, Mas RM. Imam Koesoepangat dan Mas KRT Tarmadji Budi Harsono.