Perubahan Iklim, Indonesia Tambah 75 Persen Pembangkit Listrik Berbasis EBT
- Sherly / viva
Banten VIVA - Kondisi iklim bumi yang terus memanas, menjadi tantangan bagi seluruh sektor untuk bisa melakukan antisipasi dari dampak tersebut.
Salah satunya, dengan menerapkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang mana saat ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN tengah melakukan sejumlah rancangan.
Dewan Pengawas (Dewas) Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), Darmawan Prasodjo mengatakan, kondisi iklim yang kian memanas, menjadi tantangan dan pertarungan seluruh sektor untuk mendinginkan bumi.
"Dampaknya besar dengan perubahan iklim ini. Makanya, PLN bersama dengan ESDM merancang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), di mana 75 persen penambahan kapasitas pembangkit berbasis dari Energi Baru Terbarukan (EBT)," katanya dalam Peringatan Hari Listrik Nasional ke 78 di ICE BSD, Tangerang, Selasa, 14 November 2023.
Lanjut dia, dalam hal ini ada dua pokok adalah pertama pembangunan green enabling transmition line, yang memfasilitasi penambahan 32 giga watt dari hidro dan GEO termal. Lalu terdapat pula design and development dari state of the art smartgreen.
"Dengan hal ini, dapat memfasilitasi yang tadinya 5 giga watt solar and wind (surya dan angin) bisa ditambah menjadi 28 giga watt, dan akan ada penambahan 75 persen kapasitas pembangkit adalah dari energi terbarukan dan 25 persen dari energi gas, sehingga ini mampu menurunkan emisi gas rumah kaca secara drastis," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutaluju mengatakan, EBT merupakan hal yang penting untuk diterapkan, lantaran kebutuhan tenaga listrik pada tahun 2024 sampai 2060 diperkirakan akan tumbuh rata rata 3,6 sampai 4,2 persen per tahun.