Atasi Pencemaran Lingkungan, Guru besar UPH Formulasikan Konsorsium Bakteri

Prof. Irawati
Sumber :
  • Sherly / viva

Banten VIVA - Isu pencemaran lingkungan oleh tembaga yang makin hari kian meresahkan.

Turnitin Gandeng Kampus di Tangerang, Bahas Transformasi Edukasi di Era AI

Kontaminasi logam berat merupakan salah satu permasalahan lingkungan serius di Indonesia yang dapat merusak ekosistem perairan dan mengancam kesehatan manusia.

Tembaga memiliki kandungan toksin (racun), yang dapat menyebabkan kegagalan sistem saraf dan otak manusia, gagal jantung dan hati, gangguan reproduksi, tumor, kanker, dan penyakit Wilson.

Raih Akreditasi Unggul, Universitas di Tangerang Targetkan Jadi Pusat Pendidikan Teknik Sipil

"Tembaga merupakan salah satu pencemar yang paling banyak di Indonesia. Hasil laporan penelitian menunjukkan beberapa sungai di Indonesia sudah tercemar tembaga melebihi ambang batas," kata Dosen Pendidikan Biologi dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPH, Prof. Irawati, Selasa, 30 Januari 2023.

Lanjut dia, kasus pencemaran yang paling parah terjadi pada tahun 1996, yaitu di Pantai Timur Surabaya, di mana diketahui hasil penelitian menunjukkan ikan dan kerang di sekitar pantai tersebut telah mengandung tembaga dengan kandungan 2-5 kali lipat dari ambang batas.

MARS UPH Raih Akreditasi Unggul Upaya Tingkatkan Pendidikan Kesehatan

"Kasusnya sudah ada oleh tembaga ini, di mana ikan dan kerang di Pantai Timur Surabaya mengadung tembaga melebihi yang diperbolehkan oleh World Health Organization (WHO)," ujarnya.

Melihat hal ini, ia pun mengembangkan pembentuk granula sebagai biosorben tembaga untuk mengatasi pencemaran lingkungan dalam metode pengolahan limbah. Secara umum di Indonesia, terdapat tiga metode pengolahan, yakni  metode kimia, fisiokimia, dan biologis (bioremediasi).

Halaman Selanjutnya
img_title