Mengenal Sungai Nil yang Jadi Pusat Peradaban Bangsa Mesir Sejak Ribuan Tahun Lalu

Sungai Nil, Mesir
Sumber :
  • Instagram @tribexdigital

Sungai Nil dibentuk melalui dua aliran utama yaitu Sungai Nil Putih dan Sungai Nil Biru. Sungai Nil putih berasal dari Danau Victoria di Uganda yang merupakan salah satu danau terbesar di Benua Afrika, yang secara tradisional dianggap sebagai aliran hulu. Air Sungai Nil Putih memiliki rasa asin dengan aliran lambat, dan dari sungai inilah diperoleh ikan-ikan yang berasa asin. 

Sementara Sungai Nil Biru bermula dari Danau Tana di Ethiopia dan mengalir ke Sudan dari tenggara. Sungai Nil Biru adalah sumber sebagian besar air di hilir Sungai Nil yang mengandung 80 persen air serta lanau. Kedua sungai tersebut Kemudian bertemu di Khartoum yang merupakan ibukota Sudan.

Bagian utara Sungai Nil yang mengalir ke utara hampir seluruhnya melintasi Gurun Sudan hingga kemudian mencapai negara Mesir. Selama ribuan tahun, Sungai Nil memiliki peran yang sangat penting khususnya bagi peradaban Mesir.

Sungai ini telah menjadi garis hidup bagi peradaban Mesir sejak zaman batu. Penduduk kuno sangat bergantung pada banjir tahunan yang disebabkan oleh hujan lebat di Ethiopia untuk memasok kelembaban dan menciptakan lumpur tebal yang ideal untuk budidaya.

Banyak makanan Mesir telah dibudidayakan di wilayah Delta Sungai Nil, orang Mesir kuno mengembangkan metode irigasi untuk meningkatkan jumlah lahan yang dapat mereka gunakan untuk tanaman dan mendukung populasi yang berkembang.

Kacang-kacangan, kapas, gandum dan Rami adalah tanaman penting dan berlimpah yang dapat dengan mudah disimpan dan diperdagangkan. Lumpur dari Sungai Nil juga digunakan untuk membuat batu bata untuk struktur bangunan serta tempat berlindung. 

Delta sungai Nil juga merupakan lokasi pertumbuhan yang ideal untuk tanaman papyrus. Orang Mesir kuno menggunakan tanaman papyrus dalam banyak cara, seperti membuat kain, kotak dan tali. Tetapi sejauh ini penggunaannya yang paling penting adalah dalam membuat kertas.