Jadi Agen Judol, Polres Bandara Cegah Belasan CPMI ke Thailand dan Kamboja

Kasat Reskrim Polresta Bandara Soetta Kompol Reza Fahlevi (tengah)
Sumber :
  • Sherly/viva

Banten VIVA - Polres Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang berhasil mengagakan keberangkatan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) non-prosedural di area Terminal, Bandara Soetta, Tangerang.

Timnas Indonesia U-17 Lolos Dramatis ke Piala Asia, India Minta FIFA Banned Garuda Muda, Kok Bisa?

Di mana, para CPMI itu terdata akan berangkat ke sejumlah negara untuk bekerja. Yang mana, diantaranya bekerja sebagai admin judi online (judol) dan scammer atau penipuan melalui jaringan internet.

Kasat Reskrim Polres Bandara Soekarno-Hatta, AKP Reza Fahlevi mengatakan, dalam kurun waktu 4 hingga 8 November 2024, pihaknya berhasil menggagalkan keberangkatan 23 CPMI non-prosedural.

Timnas Indonesia Terjun Bebas di Ranking FIFA, Thailand Melaju Pesat

"Total ada 23, mereka dari hasil wawancara kami akan pergi untuk bekerja, baik di sektor perkebunan, sampai ada yang admin judi online dan scammer," katanya, Minggu, 11 November 2024.

Dijelaskan Reza, untuk CPMI yang berhasil digagalkan untuk bekerja di sektor judi online dan scammer sebanyak 12 orang, terdiri dari 7 orang menuju Thailand dan 5 orang menuju Kamboja.

Iri dengan Indonesia, Erick Thohir Diminta Bantu Thailand Cari Pemain Naturalisasi

"Ada 7 orang ke Thailand dan 5 orang ke Kamboja. Mereka ini direkrut dari berbagai cara mulai grup telegram, facebook hingga pengalaman orang yang sudah bekerja di sana," ujarnya.

Hasil penyelidikan, para CPMI tersebut tidak mengetahui bila akan dipekerjakan sebagai admin judi online dan scammer, namun hanya dijelaskan bila akan mengoperasikan komputer.

"Mereka sendiri tidak begitu memahami apa itu definisi dari scammer, namun mereka pada saat direkrut diminta untuk menunjukkan keterampilan mengoperasikan komputer. Pada saat didalami oleh tim, mereka berpikir bahwa pekerjaannya tidak jauh dari operator di kantor sebagai admin komputer dengan gaji Rp7 juta per bulan," ungkapnya.

Dari para korban itu, mayoritas laki-laki, namun juga terdapat seorang perempuan dengan usia di atas 20 tahun. Nantinya, petugas pun akan mendalami terkait dengan sindikat pelaku yang memberangkatkan.