Ini Penyebab Nilai Rupiah Melemah, 1 Dollar AS Terancam Tembus Rp16.000
- Pixabay/IqbalStock
Banten.viva.co.id – Pergerakan data perdagangan akibat konflik di Timur Tengah yang berdampak kepada harga minyak dunia ditenggarai menjadi penyebab mata uang rupiah pada Kamis 19 Oktober 2023 siang ini pukul 13.27 WIB bergerak ke angka Rp 15.852 atau melemah 0,78 persen.
Diketahui, rupiah melemah sebesar 68 poin atau 0,43 persen ke posisi Rp 15.798 per dolar AS, dibandingkan pada penutupan sebelumnya senilai Rp 15.730 per dolar AS.
Disampaikan analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, gejolak yang terjadi di timur tengah pasca rekomendasi Iran agar OPEC untuk mengembargo minyak ke Israel membuat kondisi di kawasan timur tengah memanas, kendati hal itu masih belum direspons oleh OPEC.
"Dengan kondisi rupiah yang terus melemah bahkan mau menuju Rp 16.000 akibat geopolitik di timur tengah serta cadangan devisa yang terus tergerus," kata Ibrahim dalam keterangannya dikutip dari viva.co.id Kamis, 19 Oktober 2023.
Dikatakan Ibrahim, nilai tukar rupiah akan ditutup melemah pada hari ini salah satunya, dikarenakan para ekonom memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia akan mencatat defisit sebesar 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023.
Diketahui Bank Indonesia (BI) pun telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai dengan prediksi Ibrahim. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot melemah pada perdagangan Kamis pagi, 19 Oktober 2023.
"Neraca transaksi berjalan deposit disebabkan karena kinerja ekspor hingga akhir tahun diperkirakan akan terus menurun akibat harga komoditas yang rendah. Selain itu juga didorong oleh permintaan global yang belum kuat, di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung," kata Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) tanggal 18-19, ekonom memperkirakan suku bunga akan kembali dipertahankan di level 5,75 persen bulan ini, bahkan sampai akhir tahun
"Namun, yang akan berbeda adalah penekanan BI untuk lebih menstabilkan nilai tukar rupiah, dan bagaimana bank sentral itu mengantisipasi dan memitigasi jika the Fed terus bersikap lebih hawkish di masa depan," tukasnya.