Mengenal Sungai Nil yang Jadi Pusat Peradaban Bangsa Mesir Sejak Ribuan Tahun Lalu

Sungai Nil, Mesir
Sumber :
  • Instagram @tribexdigital

Banten.viva.co.idSungai nil merupakan salah satu sungai paling terkenal di dunia yang terletak di Afrika, yang melintasi 11 negara yang berbeda, termasuk Eretria, Kenya Kongo, Sudan, Uganda, Mesir, Ethiopia, Sudan Selatan, Burundi, Rwanda dan Tanzania sebelum akhirnya bermuara ke laut Mediterania.

Fakta Menarik Guinea, Ada Empat Negara Memiliki Nama yang Sama

Oleh karena itu, Sungai Nil dijuluki sebagai bapak sungai di Afrika. Sungai ini memiliki lebar maksimal 2,8 kilometer, kedalaman rata-rata 8 hingga 11 meter dan mengeluarkan rata-rata 2.830 meter kubuk air per detiknya.

Dengan panjang mencapai 6.650 kilometer dari sumbernya yaitu nil biru dan nil putih, Sungai Nil dianggap yang terpanjang di dunia mengalahkan Sungai Amazon yang terletak di Amerika Selatan.

Titik Kelemahan Timnas Guinea U23 Saat Melawan Timnas Indonesia U23

Menurut Wikipedia, Sungai Amazon berukuran 6.400 yang membuatnya 3 - 4 persen lebih pendek dibandingkan Sungai Nil. Kendati demikian, titik awal sungai ini sering diperdebatkan para pakar, sehingga sebagian mereka menganggap Sungai Amazon sebagai sungai yang terpanjang di dunia.

 

Sandiaga Uno Pediksi Pergerakan Wisatawan Nusantara Tembus 400 Juta di Libur Lebaran 2024

Sungai Nil, Mesir

Photo :
  • Istimewa

 

Sungai Nil dibentuk melalui dua aliran utama yaitu Sungai Nil Putih dan Sungai Nil Biru. Sungai Nil putih berasal dari Danau Victoria di Uganda yang merupakan salah satu danau terbesar di Benua Afrika, yang secara tradisional dianggap sebagai aliran hulu. Air Sungai Nil Putih memiliki rasa asin dengan aliran lambat, dan dari sungai inilah diperoleh ikan-ikan yang berasa asin. 

Sementara Sungai Nil Biru bermula dari Danau Tana di Ethiopia dan mengalir ke Sudan dari tenggara. Sungai Nil Biru adalah sumber sebagian besar air di hilir Sungai Nil yang mengandung 80 persen air serta lanau. Kedua sungai tersebut Kemudian bertemu di Khartoum yang merupakan ibukota Sudan.

Bagian utara Sungai Nil yang mengalir ke utara hampir seluruhnya melintasi Gurun Sudan hingga kemudian mencapai negara Mesir. Selama ribuan tahun, Sungai Nil memiliki peran yang sangat penting khususnya bagi peradaban Mesir.

Sungai ini telah menjadi garis hidup bagi peradaban Mesir sejak zaman batu. Penduduk kuno sangat bergantung pada banjir tahunan yang disebabkan oleh hujan lebat di Ethiopia untuk memasok kelembaban dan menciptakan lumpur tebal yang ideal untuk budidaya.

Banyak makanan Mesir telah dibudidayakan di wilayah Delta Sungai Nil, orang Mesir kuno mengembangkan metode irigasi untuk meningkatkan jumlah lahan yang dapat mereka gunakan untuk tanaman dan mendukung populasi yang berkembang.

Kacang-kacangan, kapas, gandum dan Rami adalah tanaman penting dan berlimpah yang dapat dengan mudah disimpan dan diperdagangkan. Lumpur dari Sungai Nil juga digunakan untuk membuat batu bata untuk struktur bangunan serta tempat berlindung. 

Delta sungai Nil juga merupakan lokasi pertumbuhan yang ideal untuk tanaman papyrus. Orang Mesir kuno menggunakan tanaman papyrus dalam banyak cara, seperti membuat kain, kotak dan tali. Tetapi sejauh ini penggunaannya yang paling penting adalah dalam membuat kertas.

 

Sungai Nil, Mesir

Photo :
  • Istimewa

 

Selain menggunakan sumber daya alam sungai untuk diri mereka sendiri, dan memperdagangkan dengan orang lain, orang Mesir awal juga menggunakan sungai untuk mandi, minum, rekreasi dan transportasi.

Balok batu yang digunakan untuk membangun piramida dan harus diangkut dengan perahu juga melewati Sungai Nil. Banyak eksterior piramida yang terbuat dari batu pasir serta batu granit yang sangat keras dan tahan lama. Balok granit yang digunakan tersebut diperkirakan berasal dari Aswan sekitar 900 kilometer jauhnya, sehingga Sungai Nil menjadi sangat penting dalam transportasi. 

Sungai Nil memiliki sifat yang sangat unik, setiap tahun sungai ini meluap dan mengakibatkan banjir di sepanjang bantaranya yang dipadati desa-desa pertanian. Luapan ini terjadi akibat hujan musiman yang lebat serta mencairnya salju dari gunung-gunung di Ethiopia sehingga Sungai Nil Biru berubah menjadi deras menuju persambungannya dengan Sungai Nil Putih sambil membawa endapan lumpur yang subur dari dataran tinggi Ethiopia. 

Pada waktu surut, airnya meninggalkan endapan tanah yang sangat subur berbentuk lapisan lumpur tipis. Sebagai negeri yang hampir tidak pernah mengalami hujan, pertanian orang Mesir bergantung sepenuhnya pada banjir tahunan di dataran rendah.

Jika luapan air rendah, pengaruhnya sama dengan musim kemarau yang mengakibatkan kelaparan. Sedangkan luapan air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sarana irigasi maupun rumah.

Tanpa banjir ini, padang gurun yang tidak jauh dari sana akan meluas sampai di kedua sisi sungai. Namun pasang surutnya Sungai Nil yang berjalan dengan teratur di sepanjang sejarahnya, Mesir bisa mendapatkan hasil panen yang berlimpah.

Agar sebagian dari air banjir itu tersimpan untuk irigasi di kemudian hari selama musim tumbuh, orang Mesir membangun tanggul-tanggul tanah guna menampung air berlumpur dalam waduk besar.

Saat ini sekitar 95 persen orang Mesir tinggal dalam beberapa kilometer dari Sungai Nil, membawa air dari Sungai Nil untuk mengairi pertanian dan perikanan. Sungai Nil juga telah berfungsi sebagai rute transportasi penting selama ribuan tahun. Saat ini beberapa penduduk Kairo telah mulai menggunakan speed boat pribadi, taksi air atau ferry untuk menghindari jalan-jalan yang ramai.

Bendungan seperti bendungan tinggi Aswan di Mesir telah dibangun untuk membantu menjinakkan sungai dan menyediakan tenaga listrik tenaga air.