Profil KH Matin Syarkowi, Ulama Kharismatik dan Tokoh Inspiratif dari Banten
Banten.viva.co.id – KH Matin Syarkowi adalah salah satu tokoh penting di Banten yang dikenal luas, terutama di kalangan santri, aktivis, jurnalis, pemuda, dan bahkan masyarakat lintas agama.
Sosok yang akrab dipanggil Kiai Matin ini sudah banyak memberi pengaruh, tidak hanya di dunia keagamaan, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan budaya. Beliau menjadi teladan bagi banyak orang dengan kepribadian yang tegas namun humoris.
Lahir di Banten, Berakar kuat pada Tradisi Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah
Mengenal lebih dekat, melalui profil dari sosok Kiai Matin lahir di Serang, Banten, pada 12 Februari 1967. Beliau adalah putra keempat dari pasangan Abuya KH Syarqowi bin Rofiq dan Ibunyai Hj. Mahdiyah binti KH Rohmatullah, muassis atau pendiri Pondok Pesantren Al Fathaniyah Tengkele di Kota Serang, Banten.
Dengan latar belakang keluarga yang mendalam dalam tradisi pesantren, beliau mulai menapaki pendidikan sejak usia dini di lingkungan pesantren yang kaya akan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.
Pendidikan dan Perjalanan Karier
Kiai Matin mengawali pendidikan formalnya di SD Negeri Kelanggaran Serang pada 1980, kemudian melanjutkan ke MTs Negeri Serang dan MA Negeri 1 Serang.
Di samping pendidikan formal, beliau juga mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Asshabul Maimanah Sampang, Tirtayasa, Kabupaten Serang, pimpinan Syaikhunal Kirom KH Syanwani bin KH Abdul Aziz.
Setelah itu, Kiai Matin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di IAIN Sunan Gunung Djati di Serang dan lulus pada 1991.
Pengaruh besar dari pendidikannya di pesantren membentuk beliau menjadi salah satu tokoh NU (Nahdlatul Ulama) yang sangat aktif di bidang keagamaan dan kemasyarakatan.
Peran Besar dalam Nahdlatul Ulama
Keaktifannya di NU tidak terlepas dari nilai-nilai yang diwariskan oleh para guru dan orang tua beliau. Kiai Matin mengatakan bahwa salah satu hal yang sangat berkesan baginya dalam NU adalah konsistensi para ulama dalam menyebarkan dakwah Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin.
Baginya, NU adalah sebuah gerakan yang sangat dekat dengan masyarakat, tanpa membedakan status sosial atau ekonomi.
“Tokoh-tokoh NU hidup bersahaja dan sangat dekat dengan masyarakat,” ujar Kiai Matin.
Pada 12 Januari 2022, Kiai Matin diangkat sebagai A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027.
Dalam peran barunya, beliau berharap agar NU bisa mengelola organisasi secara lebih dinamis dan terkoordinasi hingga tingkat ranting. Selain itu, beliau menekankan pentingnya NU dalam meng-counter paham radikal dan intoleransi, serta menjaga netralitas politik organisasi.
Perjalanan Organisasi yang Menginspirasi
Kiai Matin tidak hanya dikenal dalam dunia agama, tetapi juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Beliau terlibat dalam sejumlah organisasi, termasuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan Gerakan Pemuda Ansor.
Dalam dunia sosial kemasyarakatan, Kiai Matin pernah menjabat sebagai Ketua Forum Silaturrahim Pondok Pesantren (FSPP) di Kecamatan Cipocok Jaya, Serang, serta pendiri LSM Masyarakat Banten Bersatu (MABBES) pada 2007.
Kiai Matin juga menjadi penggagas Majelis Pesantren Salafiyah (MPS) Bale Rombeng pada 2011.
Kemudian, beliau sebagai inisiator, penggagas dan Ketua Dewan Pembina DPP Bintang Sembilan Wali (Biwali) yang merupakan organisasi kemasyarakatan dengan konsentrasi membahas soal keagamaan, kebangsaan dan keindonesiaan.
Komitmen dalam Bidang Politik dan Sosial
Selain aktif di dunia agama, Kiai Matin juga memiliki pengalaman di dunia politik. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Serang pada 1998-2003, dan Ketua Partai Kejayaan Demokrasi (PEKADE) Kabupaten Serang pada 2003.
Meskipun terlibat dalam dunia politik, beliau tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan Islam, serta berkomitmen menjaga netralitas dalam kepentingan politik praktis.
Di luar itu, Kiai Matin juga terlibat dalam berbagai bidang pekerjaan. Beliau menjabat sebagai Direktur Lembaga Pengkajian Pembangunan dan Pemberdayaan (LP4B) Provinsi Banten sejak 2002.
Selain itu, beliau juga aktif dalam beberapa organisasi sosial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Melalui Piagam Al-Fathaniyah yang digagas Kiai Matin dan para kiai sepuh di Banten sejak tahun 2014 silam, menginisiatori lahirnya Hari Santri Nasional (HSN) yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo setiap tanggal 22 Oktober.
Kepemimpinan yang Tegas dan Bijaksana
Sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al Fathaniyah Tengkele, Kiai Matin dikenal sebagai sosok yang tegas dalam memimpin.
Namun, beliau juga dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan humoris, menjadikannya dekat dengan masyarakat dan para santri.
Kepribadiannya yang sederhana dan tidak mencolok membuat beliau mudah diterima oleh berbagai kalangan.
Selain itu, Kiai Matin memiliki pandangan yang luas mengenai pentingnya peran agama dalam kehidupan berbangsa.
Beliau mengingatkan agar generasi muda tidak terjebak pada fanatisme sempit, tetapi lebih mengutamakan nilai-nilai universal Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Harapan untuk Generasi Muda
Kiai Matin selalu menekankan kepada generasi muda untuk tidak hanya mengejar ilmu duniawi, tetapi juga memperdalam ilmu agama.
"Ilmu agama itu akan menjadi pedoman hidup yang akan mengarahkan kita pada kebenaran dan kebahagiaan dunia dan akhirat," tuturnya.
Beliau berharap agar para pemuda di Banten dan seluruh Indonesia, khususnya, dapat mengambil teladan dari kehidupan sederhana namun penuh dedikasi yang beliau jalani. Sebagai seorang ulama, Kiai Matin terus berjuang untuk memajukan pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.
KH Matin Syarkowi merupakan salah satu tokoh yang tidak hanya menginspirasi dengan ajaran-ajarannya, tetapi juga dengan tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat Banten dan Indonesia pada umumnya. Dengan segala dedikasinya dalam dunia pendidikan, organisasi, dan politik, beliau terus berusaha menciptakan perubahan positif bagi generasi mendatang.