Harapan dari Keranjang Manik-Manik: Kisah Guru Muda Cetak Pengusaha Kecil
Banten.viva.co.id–Sri Irdayati, wanita asal Semarang, Jawa Tengah, memiliki visi unik dalam bidang pendidikan.
Terinspirasi dari karakter kartun Richie Rich, bocah miliuner dari Amerika Serikat, Irda (sapaan akrab Sri Irdayati) bertekad mencetak wirausahawan sejak dini.
Baginya, dunia usaha dan manajemen tidak seharusnya menunggu mereka dewasa.
“Dunia usaha perlu diperkenalkan meski kepada anak sekolah dasar,” ungkap Irda dengan semangat.
Lulusan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro ini memulai kelas bisnisnya di rumah kontrakan di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara.
Rumah ini disewa bersama suaminya, Dedi Purwanto, yang juga seorang pengajar kursus Bahasa Inggris.
Dengan sederhana, namun penuh antusiasme, Irda menjalankan kelas bisnis ini secara gratis, tanpa memungut biaya dari para peserta yang rata-rata anak-anak usia 6 hingga 12 tahun.
Di kelas bisnis Irda yang merupakan penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards yang digelar Astra tahun 202l10 ini mengatakan anak-anak tidak sekadar bermain.
Mereka belajar menyusun konsep dasar sebuah usaha, khususnya usaha sederhana seperti pembuatan kerajinan tangan dari manik-manik.
Dengan tekun, mereka merangkai manik-manik menjadi gelang dan kalung sambil belajar membuat neraca keuangan sederhana.
Irda memberikan petunjuk pada mereka, mengajak anak-anak memahami strategi dasar bisnis dan pentingnya perencanaan keuangan.
Uniknya, Irda tidak memanggil anak-anak ini sebagai siswa. Mereka semua dijuluki “bos,” seolah-olah sedang menjalankan perusahaan kecil masing-masing.
Gelar itu diberikan untuk memberi dorongan dan semangat, memotivasi mereka menjadi pribadi sukses.
Irda sendiri pun ikut menjadi "bos" dalam kelasnya. Ia berharap, gelar ini akan menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab sejak dini.
Selain merangkai manik-manik, anak-anak ini belajar membuat rencana pembelanjaan dan perhitungan laba.
Irda mengarahkan mereka untuk menyusun anggaran dan merencanakan pembelian bahan.
Dengan cara ini, mereka belajar bahwa setiap usaha membutuhkan perhitungan matang.
Ia bahkan menyarankan anak-anak untuk mengelola uang sendiri dan berbelanja bahan manik-manik, sehingga mereka memahami siklus usaha dari awal hingga akhir.
Irda percaya, memberikan tanggung jawab sejak dini dapat membentuk karakter kuat dan memotivasi anak-anak menjadi wirausahawan.
Lewat proyek kecil ini, mereka belajar menepati janji dan bertanggung jawab dalam tugas.
Irda berharap pelajaran sederhana ini akan membekali mereka untuk menghadapi berbagai tantangan dalam dunia usaha yang sebenarnya.
Irda menjalankan kelas ini tanpa memungut biaya, sebagai bentuk kontribusinya pada masyarakat.
Ia percaya bahwa ilmu yang dimiliki bisa bermanfaat lebih luas jika dibagikan dengan tulus. "Kelas saya gratis," tegasnya.
Dengan kelas ini, ia ingin menumbuhkan semangat berbisnis dan berbagi ilmu kepada generasi muda, tanpa memandang status sosial mereka.
Bagi Irda, kelas ini bukan sekadar aktivitas mengisi waktu luang anak-anak. Ia berharap bisa menginspirasi anak-anak untuk menjadi pengusaha masa depan yang siap menghadapi tantangan.
Dengan pemahaman bisnis sejak dini, Irda yakin anak-anak ini bisa menjadi wirausahawan mandiri yang berkontribusi pada perekonomian di masa depan.
Program yang dijalankan Irda adalah wujud nyata bagaimana ia membangun generasi muda untuk menjadi pribadi tangguh dan berjiwa usaha.
Setiap langkah kecil yang diajarkan, dari merencanakan, mengelola keuangan, hingga belajar menghadapi risiko usaha, diharapkan akan menciptakan generasi yang mampu beradaptasi dan sukses dalam dunia bisnis.
Meski kegiatan ini berlangsung di rumah sederhana, impian Irda tak pernah sederhana.
Dengan tekadnya, ia berharap kelak semakin banyak anak yang terinspirasi dan mendapat bekal bisnis untuk masa depan yang lebih baik.
Lewat kelas bisnis gratisnya, Irda menjadi bukti nyata bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal sederhana.