Diduga Kena Racun Bom Ikan, Seekor Penyu Langka Ditemukan Mati di Perairan Pandeglang

Penampakan penyu hijau yang mati di Perairan Pandeglang
Sumber :
  • Istimewa

Banten – Sejumlah tour guide lokal dikejutkan dengan penemuan seekor penyu hijau langka berukuran besar yang mati mengambang di Perairan Pulau Oar, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang pada Senin 15 Januari 2024 siang.

Prakiraan Cuaca di Kawasan Pantai Carita, Sabtu, 29 Juni 2024

Padahal, berdasarkan data dari organisasi yang mengatur bidang konservasi alam dan pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan yakni Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menetapkan status konservasi penyu hijau sebagai endangered (terancam punah).

Kejadian bermula saat tour guide lokal, Hudan Zulkarnaen bersama rekan-rekannya itu melihat penampakan seekor penyu dari atas perahu sampan yang dinaikinya saat hendak pulang seusai mengantar wisatawan ke Pulau Oar.

Airin Rachmi Diany dan Fitron Nur Ikhsan Dapat Dukungan dari Pengusaha Syariah

Saat itu, Hudan sempat dibuat kaget lantaran kondisi penyu justru tak bergerak sama sekali ketika coba didekati. Ia awalnya sempat mengira bahwa penyu tersebut masih hidup.

"Itu tadi (Senin) siang, pas mau pulang abis nganter wisatawa yang ke (pulau) Oar, pas di perahu congkreng itu liat ada penyu keliatan nongol ke permukaan. Tapi pas dideketin kok ga kabur, biasanya kan dia neuleum (tenggelam), ini mah enggak, ternyata sudah mati," kata Hudan, Senin 15 Januari 2024.

Dana Desa Banyuresmi Tahun 2024 Tembus Rp1,22 M, Terbesar se Kecamatan Jiput

Hudan menduga kematian penyu tersebut disebabkan oleh racun bom ikan lantaran tidak ditemukan adanya luka pada tubuh hewan malang tersebut. Terlebih menurutnya, penggunaan bom ikan atau portas masih sering ditemukan penggunaannya oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab di wilayah Perairan Sumur.

"Kayaknya itu mati keracunan bom ikan deh, soalnya ga ada luka di tubunya. Soalnya di sini (Perairan Sumur) emang masih ada aja orang yang suka pakai bom ikan. Karena sudah mati, saya biarin aja (mengambang), ga dievakuasi," ujarnya.

Sebagai warga lokal yang menghabiskan waktunya di lautan setempat, Hudan mengaku baru pertama kali menemukan ada seekor penyu berukuran besar mati, meski sebelumnya ia hanya pernah menemukan bayi penyu (tukik) dalam keadaan sudah hancur diduga dimangsa predator.

"Ini kali pertama saya nemu penyu dewasa mati, dulu pernah sih tukik (bayi penyu) saja, itu juga kondisinya sudah rusak, kalau ini masih utuh, ga ada luka," ungkap Hudan.

Menanggapi hal itu, Kepala Resort Konservasi Wilayah III BKSDA Banten Tuwuh Rahadianto Laban mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kematian penyu hijau tersebut lantaran harus melalui proses nekropsi oleh dokter hewan.

Meski begitu, lanjut Tuwuh, banyak faktor yang bisa membuat seekor hewan di lautan mati, termasuk racun yang disebabkan dari penggunaan bom ikan.

"Untuk memastikan faktor kematian, saya akan koordinasi dengan teman-teman di lapangan, tapi faktornya sih bisa karena usia, terjerat jaring, makan sampah plastik, dan bisa juga faktor racun dari orang-orang tak bertanggungjawab seperti bom ikan atau portas," ungkap Tuwuh.

Tuwuh mengaku, kasus kematian penyu di Perairan Banten terbilang jarang lantaran keberadaannya yang sudah cukup langka, meski di beberapa lokasi kemunculannya sempat terlihat oleh warga.

"Untuk tahun 2023 saja belum ada kasus kematian penyu yang terdata," kata Tuwuh.