Sejarah Kabupaten Serang Yang Berusia Hampir 5 Abad, Jilid 1

Pendopo Kabupaten Serang
Sumber :
  • Kemendikbud

Pada saat berkuasanya sultan Ke VI ini, sering terjadi bentrokan dan peperangan dengan para kompeni Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa di Jakarta. Dengan cara politik adu domba, Devide Et Impera, terutama dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti kompeni dengan puteranya Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) yang pro Belanda.

Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tidak berdaya dan menyingkir ke pedalaman, namun dengan bujukan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap kemudian ditahan dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692. Meski demikian, perjuangan melawan Belanda terus berkobar dan dilanjutkan oleh pengikutnya yang setia dengan gigih dan pantang menyerah.

Sejak wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka kesultanan Banten mulai mundur, karena para sultan berikutnya sudah mulai dipengaruhi oleh kompeni Belanda sehingga pemerintahannya mulai labil dan lemah.

Pada Tahun 1816 Belanda dibawah pimpinan Gubernur Vander Ca pellen datang ke Banten dan mengambil alih kekuasaan Banten dari Sultan Muhammad Rafiudin. Belanda membagi wilayah menjadi tiga bagian, yaitu Serang, Lebak dan Caringin yang dipimpin Bupati. Sebagai bupati pertama untuk Serang diangkat Pangeran Aria Adi Santika dengan pusat pemerintahannya tetap bertempat di Keraton Kaibon.