Sejarah Kabupaten Serang Yang Berusia Hampir 5 Abad, Jilid 1

Pendopo Kabupaten Serang
Sumber :
  • Kemendikbud

Banten.Viva.co.id - Kabupaten Serang memiliki perjalanan sejarah yang panjang, bahkan lebih tua dibanding Kesultanan Banten. dalam catatan sejarah, Kabupaten Serang berdiri pada 08 Oktober 1526. Sedangkan Kesultanan Banten, berdiri pada 1552. 

Kabupaten Serang kini berusia nyari 5 abad atau tepatnya 497 tahun. Lebih tua 26 tahun dibanding Kesultanan Banten, tentunya Kabupaten Serang memiliki catatan sejarah panjang sejak berdiri hingga saat ini.

Berdasarkan kutipan resmi yang dikutip dari website Pemkab Serang, berikut sejarah berdirinya Kabupaten Serang. Klik Disini

Baca Juga : 

Kabupaten Serang, Usianya Lebih Tua Dari Kesultanan Banten

Sejarah Berdirinya Kabupaten Lebak Yang Berusia 195 Tahun

Arti Nama Lebak, Kabupaten Lebak Berjarak 140km ke Jakarta

Sejarah Kabupaten Serang tentunya tidak terlepas dari sejarah Banten pada umumnya, karena Serang semula merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Banten yang berdiri pada Abad ke XVI dan Pusat Pemerintahannya terletak di Daerah Serang.

Sebelum abad ke XVI, berita-berita tentang Banten tidak banyak tercatat dalam sejarah, konon pada awalnya Banten masih merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda, penguasa Banten pada saat itu adalah Prabu Pucuk Umum, Putera dari Prabu Sidaraja Pajajaran. Adapun pusat Pemerintahannya bertempat di Banten Girang, sekitar 3 Km di Selatan Kota Serang.

Pada abad ke VI, Islam mulai masuk ke Banten di bawa oleh sunan Gunung Jati atau Syech Syarifudin Hidayatullah, yang secara perlahan-lahan mengembangkan Agama Islam di Banten dan sekitarnya, serta dapat menaklukan pemerintahan Prabu Pucuk Umun (Tahun 1524-1525 M).

Selanjutnya beliau mendirikan Kerajaan Islam di Banten dengan mengangkat puteranya bernama Maulana Hasanuddin menjadi Raja atau Sultan Banten yang pertama berkuasa sekitar 18 tahun, tahun 1552-1570 M).

Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, pusat pemerintahan semula yang bertempat di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan Banten Lama atau Banten Lor, yang terletak sekitar 10 Km di sebelah Utara Kota Serang.

Setelah Sultan Hasanuddin wafat tahun 1570, kepemimpinannya digantikan oleh puteranya yang bernama Maulana Yusuf sebagai Raja Banten yang kedua, berkuasa tahun 1570-1580 M dan selanjutnya digantikan oleh sultan yang ketiga, keempat dan seterusnya sampai dengan terakhir sultan yang ke 21, yaitu Sultan Muhammad Rafiudin yang berkuasa pada Tahun 1809-1816.

Jadi periode Kerajaan Islam di Banten berjalan selama kurun waktu sekitar 264 Tahun yaitu dari Tahun 1552 sampai dengan 1816.

Pada zaman Kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting, terutama pada akhir abad ke XVI, Juni 1596. Dimana, orang-orang Belanda datang untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornelis De Houtman dengan maksud untuk berdagang. Namun sikap yang congkak dari orang-orang Belanda tidak menarik simpati dari Pemerintah dan Rakyat Banten saat itu, sehingga sering timbul ketegangan antara masyarakat Banten dengan orang-orang Belanda.

Keraton Kaibon Kesultanan Banten

Photo :
  • IG/Explorer_Serang

Saat itu, sultan yang bertahta di Banten adalah sultan yang ke IV, yaitu Sultan Abdul Mufakir Muhammad Abdul Kadir yang waktu itu masih belum dewasa, sedangkan yang bertindak sebagai walinya adalah Mangkubumi Jayanegara yang wafat kemudian pada tahun 1602 dan digantikan oleh saudaranya yaitu Yudha Nagara.

Pada Tahun 1608 Pangeran Ramananggala diangkat menjadi Patih Mangkubumi. Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari 1624-1651 dengan R amanggala sebagai Patih dan Penasehat Utamanya.

Sultan Banten yang ke VI adalah Sultan Abdul Fatah cucu Sultan ke V yang terkenal dengan julukan Sultan Ageng Tirtayasa yang memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1651-1680. Pada masa pemerintahannya bidang politik, perekonomian, perdagangan, pelayaran maupun kebudayaan berkembang maju dengan pesat. Demikian pula kegigihan dalam menentang kompeni Belanda.

Atas kepahlawanannya dalam perjuangan melawan Kompeni Belanda, maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa dianugerahi kehormatan predikat sebagai Pahlawan Nasional.

Teras Pendopo Kabupaten Serang

Photo :
  • Kemendikbud

Pada saat berkuasanya sultan Ke VI ini, sering terjadi bentrokan dan peperangan dengan para kompeni Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa di Jakarta. Dengan cara politik adu domba, Devide Et Impera, terutama dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti kompeni dengan puteranya Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) yang pro Belanda.

Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tidak berdaya dan menyingkir ke pedalaman, namun dengan bujukan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap kemudian ditahan dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692. Meski demikian, perjuangan melawan Belanda terus berkobar dan dilanjutkan oleh pengikutnya yang setia dengan gigih dan pantang menyerah.

Sejak wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka kesultanan Banten mulai mundur, karena para sultan berikutnya sudah mulai dipengaruhi oleh kompeni Belanda sehingga pemerintahannya mulai labil dan lemah.

Pada Tahun 1816 Belanda dibawah pimpinan Gubernur Vander Ca pellen datang ke Banten dan mengambil alih kekuasaan Banten dari Sultan Muhammad Rafiudin. Belanda membagi wilayah menjadi tiga bagian, yaitu Serang, Lebak dan Caringin yang dipimpin Bupati. Sebagai bupati pertama untuk Serang diangkat Pangeran Aria Adi Santika dengan pusat pemerintahannya tetap bertempat di Keraton Kaibon.