Kisah Inspiratif Guru Penggerak di Lebak, Niat Meningkatkan Kompetensi Malah Diangkat Jadi Kepsek
- Yandi Sofyan/banten.viva.co.id
"Kalau di daerah kita itu kendalanya kalau jaringan listrik mati, dan sinyal ga ada. Tapi kita masih terus komunikasi. Lalu kendala lain itu jarak lokakarya, karena saat itu ke kabupaten jauh," ujarnya.
Dan kini, bukan saja diangkat sebagai kepala sekolah, Rahmat turut merasakan banyak manfaat dari mengikuti program guru penggerak. Ia saat ini lebih memiliki pola pikir berbasis aset yang diterima dalam program guru penggerak sehingga dapat diterapkan di sekolah yang dipimpinnya meski berada di daerah pelosok.
"Dan yang baru saya pelajari itu tentang filosofi KHD yang meletakan dasar-dasar pendidikan, bagaimana kita sebagai guru itu menghamba pada anak. Kemudian kita sebagai guru harus mandiri, kolaboratif, reflektif dan itu yang dipelajari pada nilai-nilai guru penggerak. Kemudian diferensiasi, bagaimana memberikan pelayanan pada anak sesuai minta dan bakatnya masing-masing, bagaimana kita mengajar multi method, multimedia. Kita harus memfasilitasi anak, apakah dia audio visual atau kinestetik, dan itu harus dikelompokkan," terangnya.
"Berikutnya coaching, ini hal baru bagi saya, dan itu diperlukan ketika jadi kepala sekolah itu supervisi, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang diajarkan di guru penggerak. Dan buat saya itu menarik dan daoat diimplementasikan saat saya menjadi kepala sekolah saat ini," tambahnya.
Untuk itu, Rahmat mengaku program guru penggerak merupakan cara bagi seorang guru untuk bisa mengembangkan kemampuan dan kompetensi dalam mengajar sehingga harus diikuti oleh semua guru di seluruh Indonesia.
"Dan salah satu program guru penggerak itu sangat cocok. Karena kita tidak meninggalkan pembelajaran, karena di samping kita mengerjakan LMS, kita juga praktek langsung di kelas," tandasnya.