Banten dari Kerajaan Hingga Zaman Listrik Kekinian
- GRID
Mesin penggiling gabah bertenaga listrik dianggapnya lebih mudah di rawat dan karyawannya bisa bekerja lebih baik dibanding menggunakan mesin diesel.
"Waktu solar itu perhitungan kami per kuintal beras Rp10 ribu, sekarang ngitung nya Rp5 ribu kalau pakai listrik. Kalau listrik sebulan paling mahal Rp11 juta, produksi 15 ton per hari," tuturnya.
Menggunakan motor listrik, menjelajah dan berwisata ke situs Kesultanan Banten dan Masjid Agung Banten lebih santai dan terdapat suasana berbeda, karena mesin yang tidak berisik, sehingga nyaman di telinga dan hembusan angin pedesaan terasa nyaman ketika terkena wajah.
Berkeliling Keraton Surosowan sebagai pusat Kesultanan Banten yang berdiri pada 1527 dan runtuh sekitar 1813, kita dibuat seolah kembali ke masa lalu.
Begitu melintasi Keraton Kaibon, Masjid Agung Banten, kita teringat dengan kejayaan Kesultanan Banten yang dipimpin sejumlah sultan, seperti Sultan Maulana Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa hingga Sultan Muhammad Shafiuddin.
Wisatawan lokal maupun mancanegara kerap datang ke reruntuhan Kesultanan Banten, Masjid Agung Banten, hingga berziarah, untuk menggelar wisata religi. Terdapat juga Museum Kepurbakalaan Banten yang menyimpan artefak peninggalan Kesultanan Banten dan penjajahan VOC.