Ramalan Populer Jayabaya Antara Satria Piningit Melawan Satria Wirang
- Viva.co.id
Banten.Viva.co.id - Diantara Ramalan Jayabaya yang populer diantaranya pertempuran antara Satria Piningit melawan Satria Wirang.
Kepemimpinan yang adil dan bijaksana, seperti yang dilambangkan oleh Satria Piningit adalah kunci untuk mencapai kemakmuran dan kedamaian.
Sosok Satria Wirang digambarkan sebagai pemimpin yang haus kekuasaan, tidak segan menggunakan cara licik dan menjegal pemimpin yang sah demi mencapai tujuannya.
Satria Wirang digambarkan sebagai pemimpin yang mengalami kekalahan dalam peperangan. Namun, tidak terima dengan hasil tersebut dan berusaha menjegal pemimpin yang baru.
Menurut ramalan Prabu Jayabaya, Satria Wirang akan muncul setelah pertempuran sengit antara dua kubu, dimana Satria Pinigit, pemimpin yang adil dan bijaksana, keluar sebagai pemenang.
Kekalahan Satria Wirang dalam pertempuran itu membuatnya kehilangan banyak pasukan dan membuatnya terluka. Namun, rasa kecewa dan ambisi akan kekuasaan mendorong Satria Wirang untuk bangkit kembali.
Dia tidak terima dengan kekalahannya dan berniat merebut tahta dari Satria Piningit. Dalam Babad Tanah Jawi, diceritakan bahwa Satria Wirang mengajak para pengikutnya untuk menjegal Satria Piningit dan menggagalkan kepemimpinannya.
Kemunculan Satria Wirang dipredisikan akan membawa kekacauan dan gejolak dalam masyarakat. Upaya penjegalannya terhadap Satria piningit dapat memicu konflik dan perpecahan, mengancam stabilitas dan kemakmuran yang telah diraih.
Namun, ramalan Jayabaya ini juga mengandung pesan moral. Bahwa ambisi dan rasa tak terima dapat membawa dampak negatif.
Keinginan untuk merebut kekuasaan dengan cara licik dan menjegal pemimpin yang sah hanya akan membawa kehancuran.
Kisah Satria Wirang menjadi pengingat bagi para pemimpin dan masyarakat untuk selalu mengedepankan nilai-nilai kebajikan, keadilan dan persatuan.
Ramalan Jayabaya tentang Satria Wirang, meskipun tidak dapat dipastikan kebenarannya secara literal, tetap memiliki nilai dan makna yang relevan hingga saat ini.
Kisah ini menjadi sebuah refleksi tentang sifat manusia, ambisi politik, dan konsekuensi dari tindakan yang didorong oleh rasa kecewa dan tidak terima.