Yayan Alfian Nugraha, Doktor Pemberi Beasiswa Full Ke Warga Tidak Mampu

Yayan Alfian Nugraha. (Medsos).
Sumber :

Banten – Ratusan mahasiswa dari keluarga tidak mampu, kini bisa mengenyam bangku perkuliahan di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Banten, dengan menerima beasiswa full sarjana. Pemilik yayasan, Yayan Alfian Nugraha bercerita kalau dia sengaja mendirikan perguruan tinggi itu pada 2009 silam, untuk membantu masyarakat tidak mampu, sehingga bisa membantu perekonomian keluarga nantinya. Selain itu, Yayan juga prihatin dengan minumnya tenaga akuntansi dan keuangan di Banten.

Asap Pabrik Kepung Perkampungan

Ditambah, belum meratanya pendidikan di Banten kala itu, bangku kuliah dirasa masih mahal oleh sebagian orang kurang mampu untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

"Jadi dasarnya saya bikin yayasan pendidikan itu, untuk turut serta membangun Banten dari sisi sumber daya manusianya lah," ujar Ketua Yayasan ITB Banten, Yayan Alfian, Senin, 11 September 2023.

Layaknya Film Laga Hollywood, Aksi Polisi Kejar Maling di Jalanan

Yayan berterus terang hanya memiliki 450 mahasiswa untuk program Diploma 3 di kampusnya. Kemudian, ada ratusan mahasiswa yang telah diberikan beasiswa melalui berbagai program, baik dari pemerintah maupun berasal dari keuangan ITB.

Yayan Alfian menseleksi ketat mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Selain persyaratan administrasi, ada tim khusus yang datang langsung ke rumah mahasiswa calon penerima beasiswa.

Qou Vadis Pilkada

Yayan memberanikan diri maju sebagai Bacaleg DPRD Provinsi Banten dari Dapil Kabupaten Serang, dengan harapan bisa berbuat lebih banyak lagi untuk masyarakat.

"Jadi ada yang kita berikan beasiswa penuh, ada yang 75 persen, ada juga yang 50 persen. Jadi kita pilah dulu. Kalau jujur, kampus memiliki keterbatasan, tapi kita subsidi silang," terangnya.

 

Perjuangan menempuh pendidikan di kampus ITB Banten di ceritakan oleh Daud (23), Warga Carenang, Kabupaten Serang, Banten, yang pernah menjadi tukang kebun harian di dekat rumahnya dan menanam padi di sawah orangtuanya.

Sekitar satu tahun dia menjalaninya, tak malu dan tanpa mengeluh. Dia yakin suatu saat peruntungan datang padanya. Hingga suatu saat, oleh pemilik rumah yang rumput dan tanamannya selalu di rawat oleh Daud, menawarinya untuk berkuliah melalui jalur beasiswa penuh hingga lulus.

"Saya kan sering bantuin dirumahnya, ngebantuin kadang bersih-bersih rumputnya gitu, rumahnya di Carenang juga. Abis itu di tawarin, katanya ada beasiswa, mau di ambil apa enggak. Kata saya iya enggak apa-apa di ambil aja kalau ada kesempatan, yaudah di ambil," ujar Daud, ditemui dikampusnya, di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Banten, Senin, September 2023.

Dia pun memilih tinggal di kampus, ruangan BEM atau UKM menjadi tempatnya melepas lelah di malam hari. Mahasiswa jurusan Keuangan Perbankan ini mengaku untuk memenuhi kebutuhan hariannya, seperti makan, dia membantu karyawan di ITB Banten yang membutuhkan tenaganya. Jika masih ada uang tersisa, rupiah itu digunakannya untuk ongkos pulang ke rumahnya, jika tidak ada tebengan untuk pulang kampung. Lantaran bapaknya tinggal seorang diri.

"Pulang seminggu sekali, kadang sama temen pulangnya, nebeng naik motor. Kalau enggak ada tebengan enggak pulang dulu, karena enggak ada ongkos. Makannya Alhamdulillah ada aja, kalau ngebantu foto copy di depan, jadi ada uang," terangnya.

Senasib sepenanggungan, Fahad Miftahudin (21) juga harus berjuang lebih untuk merasakan bangku kuliah di Ibu Kota Banten. Junior dari Daud yang kini duduk di semester empat ini bercerita, orangtuanya dulu ikut disebuah perusahaan konveksi. Namun semenjak covid-19 menerpa, orangtuanya tidak lagi bekerja dan hanya mengandalkan warga sekitar Pontang, Kabupaten Serang, Banten, yang membutuhkan jasa menjahit dirinya.

"Sejak awal pandemi sampai sekarang enggak kerja, ibu mah ibu rumah tangga, ngurus rumah. Alhamdulillah tiap ada orang yang mau ngejahit Alhamdulillah ada gitu, sekarang ngejahitnya di rumah," ujar Fahad, ditemui dikampusnya, Senin, 11 September 2023.

Dia bercerita bisa berkuliah dan mendapatkan beasiswa full hingga lulus usai di tawari pamannya yang melihat spanduk dipinggir jalan. Dengan biaya seadanya, dia mendaftar dan beruntung bisa diterima kuliah di ITB Banten, disertai berbagai sertifikat penghargaan yang dia punya.

Disela-sela waktu senggangnya berkuliah, Fahad membantu ekonomi keluarganya. Lantaran sebagai anak pertama, dia ingin adiknya yang kini kelas 1 SMP tetap bisa bersekolah. Apapun pekerjaan yang bisa menghasilkan cuan, akan dikerjakannya. Saat berkuliah, Fahad harus menahan keinginannya untuk jajan. Dia memilih membawa bekal masakan ibu nya dan menaruh air minum di tas nya untuk menghemat biaya.

"Pulang pergi tiap hari, kadang ada temen yang ngajak ya sama temen, sama sodara juga, terus naik angkot juga bulak balik. Paling ongkos sama minum aja. Itu dibawain bekel dari rumah," tuturnya.