Peaceful Muharram: Memperbaiki Hubungan dengan Tuhan, Manusia, dan Lingkungan

Guru Besar UIN Banten, Prof Muhammad Ishom
Sumber :
  • Facebook/Kang Ishom

VIVA BANTEN – Tema peringatan Tahun Baru 1447 Hijriyah yakni "Peaceful Muharram" yang diusung Kementerian Agama RI di bawah kepemimpinan Prof Nazaruddin Umar sangat menarik untuk dipahami dan diimplementasikan. Hal dikarenakan hingga saat ini kita masih disuguhi peristiwa-peristiwa tragis, seperti penistaan agama, konflik dan perang, serta eksploitasi yang menyebabkan kerusakan lingkungan. 

Muncul Wacana Pemberangkatan Umrah dan Haji Asal Indonesia Lewat Jalur Laut

Bulan Muharram bukan sekadar penanda tahun baru dalam kalender Hijriah, melainkan juga momentum spiritual yang dalam bagi umat Islam untuk merefleksikan kehidupan. Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah bukan hanya perjalanan fisik, melainkan transformasi ruhani dan sosial yang sarat makna. Melalui Hijrah, kita diajak untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar demi menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai.

Hijrah mengajarkan nilai ketaatan dan keikhlasan dalam berhubungan dengan Tuhan. Ketika Rasulullah SAW meninggalkan tanah kelahiran dan segala kenyamanan yang ada di Makkah demi mempertahankan keimanan, itu menjadi simbol ketaatan tanpa syarat. Dalam konteks kehidupan kita hari ini, memperbaiki hubungan dengan Tuhan berarti kembali kepada nilai-nilai tauhid, memperbanyak ibadah, serta menjadikan Allah sebagai pusat orientasi hidup.

Kemenag Banten Rayakan 10 Muharram Sentuhan Sosial, Amrullah: Kolaborasi, Kepedulian, dan Harapan Baru

Namun, hubungan spiritual yang kuat tidak akan sempurna tanpa disertai hubungan sosial yang baik. Hijrah juga menjadi titik balik terbentuknya masyarakat Madinah yang plural dan harmonis. Rasulullah membangun ukhuwah (persaudaraan) antara Muhajirin dan Anshar, mengajarkan pentingnya toleransi, saling tolong-menolong, dan keadilan sosial. Dari sini, kita belajar bahwa memperbaiki hubungan dengan sesama manusia adalah pilar penting menuju kehidupan damai.

Kita seringkali lupa bahwa hubungan dengan sesama manusia tidak hanya mencakup keluarga dan teman, tetapi juga masyarakat luas, termasuk mereka yang berbeda keyakinan. Di Madinah, Rasulullah membuat Piagam Madinah yang menjamin kebebasan beragama dan hak-hak setiap kelompok. Ini mengajarkan kita bahwa hidup berdampingan dalam perbedaan adalah bagian dari ajaran Islam yang luhur.

Keseruan Penyambutan Santri, Ponpes Raudhatul Quran Buka Program Camp Tahfidz

Lebih dari itu, Hijrah juga menunjukkan bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya hidup selaras dengan lingkungan. Ketika mereka sampai di Madinah, banyak hal yang diperhatikan: sumber air, kebersihan kota, dan keseimbangan alam. Islam sejak awal telah mengajarkan bahwa bumi adalah amanah, dan manusia adalah khalifah yang bertugas menjaganya, bukan mengeksploitasinya.

Dalam konteks hari ini, memperbaiki hubungan dengan alam berarti menjaga lingkungan dari pencemaran, menanam pohon, mengurangi sampah plastik, dan berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam. Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan adalah bukti nyata bahwa hubungan manusia dengan alam sedang tidak harmonis, dan ini memengaruhi kualitas hidup kita semua.

Halaman Selanjutnya
img_title