Latar Belakang Perlawanan Demak Melakukan Perlawanan Terhadap Portugis
- Kompas
Banten – Latar belakang perlawanan Demak melakukan perlawanan terhadap Portugis ternyata dipengaruhi oleh hal yang dapat menyebabkan gangguan, sehingga Demak melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis.
Berdasarkan sejarah, latar belakang perlawanan Demak melakukan perlawanan terhadap portugis adalah sebuah ancaman kedatangan Portugis dan gangguan bangsa Portugis terhadap hubungan dagang Demak dan Malaka.
Adapun perdagangan yang dilakukan oleh Demkan dan Malaka adalah bahan pokok utama seperti beras dan bahan pangan lainnya.
Pada tahun 1511, Demak dikuasai oleh Portugis dibawah kekuasaan Jenderal Afonso De Allbuquerque dengan menjalankan kerajaan Malaka. Portugsi ingin menguasai perdagangan Malaka, baik itu yang melalui selat Malaka maupun yang berdagang dengan Malaka.
Sudah jelas ini merupakan sebuah gangguan dan ancaman yang terjadi, sehingga Demak melakukan perlawanan, karena jelas sejarah mengatakan bahwa itu merupakan ancaman besar yang ingin dikuasai oleh bangsa Portugis.
Sejak Malaka dikuasai oleh Portugis, penjajah tersebut melakukan sistem monopoli kepada pedagang, padahal para pedagang sudah terbiasa menggunakan sistem bebas berdagang pada saat itu.
Sejak itulah para pedagang yang berasal dari China, Persia, India, dan yang berasal dari daerah lainnya menghindari kota pelabuhan, dan hanya datang pada musim angin tertentu saja untuk bertemu di Malaka.
Seluruh pedagang yang datang harus mendapati izin dari bangsa Portugis, hingga akhirnya pada pedagang mencari celah untuk menghindari perizinan tersebut, yaitu dengan menggunakan jalur selat Sunda.
Monopoli yang dilakukan Portugis mengacaukan sistem perdagangan di wilayah Asia karena tidak ada pelabuhan pusat transaksi Komoditas. Malaya tidak dapat menjaga ketertiban tersebut serta keamanan jalur Malaka, sehingga membuat Saudagar Islam marah pada kondisi tersebut dan tidak mau lagi berdagang di Malaka.
Lalu Kerajaan Demak dimasa Pemerintahan Raden Patah mengutus Pati Unus dan pasukan untuk melakukan penyerangan terhadap Malaka, penyerangan dilakukan untuk menghindari penyerangan ke Demak dan membantu agar kerajaan Malaka kembali.
Penyerangan dilakukan dua kali pada tahun 1513 dan 1521, namun serangan tersebut mengalami kegagalan.
Penyerangan gagal dikarenakan tidak ada dukungan dari kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, sementara Portugsi dikuatkan oleh benteng A-Farmosa.
Disisi lain saat waktu yang bersamaan, kerajaan Syiwo-Budho Padjajaran melakukan kerjasama dengan bangsa Portugis karena merasa terancam oleh kekuatan Islam di pesisir utara Pulau Jawa yakni Banten dan Cierbon.
Hal tersebut membuat upaya perlawanan kerajaan-kerajaan di Indonesia lemah, kemudian Pati Unus meninggal diserangan kedua Demak terhadap Portugis.
Berlanjut ke tahun 1527, kerajaan Demak di bawah Pimpinan Fatahillah melancarkan serangan terhadap Portugis yang mulai menanamkan pengaruh serta menguasai jalur Sunda Kelapa.
Lalu, serangan tersebut di bantu oleh Banten dan Cirebon, hingga serangan tersebut berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, kemudian Sunda Kelapa dibuah menjadi Jayakarta, yang kini menjadi Jakarta./Din