PT Sokonindo Automobile Bakal Rakit Mobil Listrik di Banten
- Instagram DFSKIndonesia
Banten – PT Sokonindo Automobile (DFSK) berencana merakit mobil listrik di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
PT Sokonindo Automobil memastikan bakal menjual mobil listrik mungil DFSK Mini EV dan Gelora E untuk pasar otomotif Indonesia, pada semester satu 2023.
DFSK Mini EV yang akan jadi penantang Wuling Air EV ini sengaja di rakit di Provinsi Banten untuk menekan harga. Sebab selama ini, mobil DFSK yang. beredar di Indonesia merupakan impor dari China sehingga harganya mahal.
Chief Executive Officer PT Sokonindo Automobile, Alexander Barus mengatakan, bahwa DFSK Mini EV sudah sempat diperkenalkan di beberapa pameran otomotif Indonesia.
"Pada 2023 DFSK siap mendatangkan Mini EV untuk memasuki dan meramaikan pasar Indonesia," katanya dikutip Viva Banten dari Gridoto, pada Kamis 15 Desember 2022.
Alexander Barus mengatakan, perusahaan sadar betul dengan status CBU (Completely Built Up) setir kanan dari China membuat harganya mahal dan mengurangi daya beli.
“Pemerintah memberikan fasilitas CKD (Completely Knock Down), sehingga bea masuk impor bisa diminimalisir, dan ini sudah kita dapatkan. Awal tahun depan ini kita sudah mulai produksi di Cikande (Gelora E),” ujarnya dikutip 100kpj.
Menurutnya setelah dirakit lokal dengan mendatangkan komponen mobil tersebut secara terurai dari Tiongkok, maka harga jualnya bisa lebih terjangkau. Sehingga kekuatan daya beli segmen menengah itu bisa dijangkau.
“Mobil listrik ini pada umumnya dijangkau oleh mereka yang berpendapatan menengah ke atas. Kita berusaha agar Gelora E ini bisa memasuki spectrum harga di bawah Rp500 juta, baik blind van atau mini bus,” tuturnya.
Untuk pengisian dayanya hanya memerlukan waktu 80 menit dari kondisi 20 persen, sampai 80 persen menggunakan alat khusus atau fast charging.
Sedangkan untuk pengisian reguler, Gelora E memiliki sistem pengisian normal yang cocok untuk lingkungan listrik rumah tangga dengan daya rata-rata 220V 16A.
Jika dikalkulasikan, biaya yang perlu dikeluarkan sekitar Rp200 perak untuk jarak per kilometer, atau setara sepertiga lebih murah dari penggunaan kendaraan bermesin pembakaran.