Kisah Abu Nawas Menjual Raja Harun Al-Rasyd, Lucu dan Bermakna

Kisah Abu Nawas menjual raja
Sumber :
  • Dakwah Islam

BantenKisah Abu Nawas menjual raja Harun Al-Rasyd menjadi cerita lucu, lantas hanya Abu Nawas lah yang bisa menjual rajanya, yang lain mana mungkin dapat melakukannya seperti yang dilakukan oleh Abu Nawas.

Kisah Abu Nawas Mengalahkan Jin Ifrit Dengan Sandal Karena Kecerdikannya

Dikisahkan suatu hari Abu Nawas sangat bingung, dia bahkan hampir putus asa bagaimana mengisi dapur yang sudah dua hari ini kosong.

Jaman masih perbudakan, dia bisa saja menjual temannya untuk menjadi budak, namun dia sangat tidak tega.

Jangan Ngaku Orang Banten Jika Tidak Tahu apa itu Sulah Nyanda

Karena tmena-teman Abu Nawas bukanlah orang yang kaya raya, mereka hanya orang miskin biasa seperti Abu Nawas.

Dalam pikiran Abu Nawas, untuk mendapatkan uang hanya menjual manusia, sedangkan dalam pikirannya hanya baginda raja Harun Al-Rasyd yang dapat dia jual.

Lawan Trah Dimyati dan Jayabaya, Ratu Anita Sangadiah Daftar Bacabup Pandeglang di PKB

Singkat cerita, Abu Nawas pun mencari ide agar bisa menjual baginda raja.

Kemudian, Abu Nawas pergi ke istana dan menemui sang raja.

"Mohon ampun paduka yang mulia," kata Abu Nawas

"Ada apa gerangan engkau menghadap wahai Abu Nawas?," tanya baginda Raja Harun Al-Rasyd.

"Jadi gini paduka, ada yang akan hamba sampaikan kepada paduka," kata Abu Nawas.

"Apa yang akan engkau sampaikan Abu Nawas?," tanya lagi baginda raja.

Abu Nawas pun lalu memerintahkan raja untuk menyamar menjadi rakyat biasa dan pergi ke sebuah hutan.

Setiba diasana, Abu Nawas mengajak baginda raja mendekat ke pohon besar dan rindang.

Abu Nawas meminta raja untuk menunggu, kemudian Abu Nawas pergi menuju orang Badui yang akan mempekerjakan baginda raja.

Abu Nawas kemudian melakukan transaksi, namun Abu Nawas tidak mau mendekati raja karena tiga tega, dia berkata kepada orang Badui bahwa budak yang dijual adalah teman dekatnya.

Lalu, transaksi selesai, Abu Nawas membuat surat keputusan bahwa baginda raja sekarang adalah budak dari suku Badui dan bebas diperlakukan seperti apa pun.

Raja yang menunggu Abu Nawas bertanya-tanya dalam benak pikirannya, mengapa Abu Nawas tidak juga muncul?.

Seketika, datanglah orang Badui yang ternyata dia adalah orang yang akan memperbudak baginda raja, karena sudah dijual oleh Abu Nawas.

"Siapa engkau?," tanya baginda raja kepada orang Badui itu.

"Aku adalah tuanmu sekarang ini," kata pedagang orang Badui.

Si pedagang sangat tidak mengenali bahwa orang yang menjadi budaknya adalah baginda raja Harun Al-Rasyd karena berpakaian sederhana seperti rakyat miskin biasa.

"Apa maksudmu?," tanya baginda raja.

Pedagang itu pun menceritakan kepada baginda raja bahwa dia telah membeli raja dari Abu Nawas.

"Abu Nawas telah menjual engkau kepadaku, ini adalah surat kuasa yang baru saja dibuat Abu Nawas," kata pedagang.

"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?," tanya heran Abu Nawas.

"Iya," pedagang itu menjawab dengan kata yang tinggi, membentak sang baginda raja.

Raja pun heran, mengapa Abu Nawas tega menjualnya kepada orang Badui yang merupakan pedagang itu.

"Tahukah engkau siapa aku?," tanya baginda raja yang geram.

"Tidak dan itu tidak perlu aku ketahui," kata pedagang yang seenaknya.

Kemudian pedagang itu menyeret baginda raja yang kini menjadi budaknya.

Kemudian baginda raja diberi parang dan disuruh membelah kayu.

Di belakang rumah pedagang orang Badui itu sangat banyak tumpukan kayu, sedangkan baginda raja melihatnya saja sudah ngeri, bagaimana dia harus mengerjakannya? Sedangkan dia adalah raja yang pernah melakukan pekerjaan berat seperti itu.

"Ayo kerjakan," bentak pedagang.

Kemudian secara terpaksa, baginda raja Sultan Harun Al-Rasyd pun lantas mencoba mengerjakan apa yang diperintahkan oleh tuannya itu.

Pedagang Badui merasa aneh ketika melihat baginda raja memegang parang dengan cara yang memang tidak biasa seperti pada umumnya.

"Kau ini bagaimana, bagian parang yang tumpul kau arahkan ke kayu, bodoh sekali engkau," bentak pedagang.

Lalu baginda raja membalikkan parang, dan membelah kayu tapi terlihat caranya membelah kayu aneh dan terlihat sangat kaku.

"Ternyata begini derita orang-orang miskin mencari rezeki, harus bekerja keras menguras tenaga, lama-lama aku tidak tahan juga kalau harus setiap hari seperti ini," gumam baginda raja.

Pedagang itu menatap baginda raja sangat aneh, marah, dan merasa rugi telah membeli baginda dari Abu Nawas.

"Wahai Badui, cukup semua ini, aku tidak tahan," kata raja.

"Kurang ajar kamu budakku, harus patuh kepadaku," kata pedagang Badui sembari memukul raja.

Raja pun menjerit keras karena dipukul dengan kayu oleh tuannya, sedangkan baginda raja tidak pernah diperlakukan seperti ini.

Kemudian, baginda raja yang menjadi budak orang Badui pun lantas menceritakan jati dirinya, bahwa dia adalah Sultan Harun Al-Rasyd yang merupakan raja dari orang Badui yang memperbudaknya itu.

Ketika mengetahuinya bahwa dia adalah baginda raja Harun Al-Rasyd, orang Badui itu pun sangat kaget.

Dia langsung menjatuhkan dii sambil menyembah sang raja. Orang Badui yang memang sebelumnya tidak tahu bahwa budaknya adalah Harun Al-Rasyd pun meminta pengampunan, baginda pun mengampuninya karena dia tidak bersalah.

Sedangkan baginda raja sangat murka kepada Abu Nawas ingin sekali dia meremas-remas Abu Nawas seperti telur./Din