Gereja Sion: Jejak Sejarah dan Budaya di Jakarta
- @lengkong_sanggar
Banten.viva.co.id - Gereja Sion merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Gereja ini terletak di Jalan Pangeran Jayakarta No. 14, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat.
Gereja Sion dibangun pada tahun 1692 oleh para pembesar VOC dan gereja di Batavia, dengan nama De Nieuwe Portugese Buitenkerk, menggantikan Portugese Buitenkerk yang sempat terbakar habis di dalam tembok kota Batavia.
Dilansir dari BPCB Banten, De Nieuwe Portugese Buitenkerk selesai dibangun pada tahun 1695 di atas tanah hibah dari Karel Reiniersz.
Pada awalnya, gereja ini diperuntukan bagi orang-orang tawanan Portugis Mardijkers, namun pada waktu yang sama dengan selesainya pembangunan gereja, khutbah pertama berbahasa Belanda dibawakan oleh Pendeta Theodarus Zas.
Sempat ditutup pada masa pendudukan Jepang, kemudian kembali dibuka pada tahun 1946 oleh Charles Poire, seorang pendeta Inggris yang kemudian menamai gereja ini sebagai Gereja Sion pada tahun 1951, dan pada tahun 1965 gereja berubah nama baru menjadi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Sion.
Gereja Sion memiliki arsitektur yang unik dan menjadi salah satu bukti sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia. Gereja ini berdenah persegi empat di bangunan intinya, sedangkan bangunan tambahan berdenah persegi panjang. Gereja menghadap utara, gaya interior berupa baroque sedangkan eksterior banyak dipengaruhi arsitektur Romawi Kuno.
Gereja Sion terbagi atas ruang ibadat, mimbar, balkon, dan kantor gereja. Selain itu, gereja memiliki koleksi kursi besar berukir yang dibuat pada pertengahan abad ke-17, kemudian sebuah Orgel yang masih berfungsi ditaruh di atas balkon gereja.