Masih Mau Remehkan? Striker Muda Eropa Bergiliran Gabung Timnas Indonesia?
Banten.viva.co.id –Timnas Indonesia kian menunjukkan perkembangan pesat. Setelah Ole Romeny resmi mengucap sumpah WNI di London, beberapa striker muda Eropa dirumorkan bakal menyusul jejaknya.
Banyak pengamat menilai, bergabungnya para penyerang diaspora ini menandakan keseriusan PSSI untuk membangun fondasi Garuda yang lebih tangguh di lini depan.
PSSI mengandalkan strategi merekrut pemain keturunan dari Eropa demi meningkatkan daya saing di panggung internasional.
Praktik naturalisasi bukan hal baru, tetapi kali ini berjalan lebih masif. Hasilnya?
Usai kesuksesan Romeny, kabarnya ada enam pemain diaspora lain yang mulai didekati. Nama-nama seperti Miliano Jonathan, Adrian Wibowo, hingga Mauro Zijlstra mencuat.
Fenomena masuknya pemain diaspora di Timnas Indonesia bukan lagi kejutan.
Sejak kesuksesan beberapa rekrutan sebelumnya, banyak talenta Eropa berdarah Indonesia tertarik mengenakan seragam Garuda.
Mereka melihat peluang besar untuk tampil reguler dan berkontribusi pada tim yang tengah bangkit.
Ole Romeny jadi contoh teranyar. Penyerang Oxford United ini sudah resmi menjadi WNI dan siap membuktikan kemampuannya.
Sosoknya dianggap mampu menawarkan variasi serangan.
Dengan postur tinggi dan insting gol mumpuni, Romeny berpotensi mengisi lubang di lini depan Indonesia. Lantas, pertanyaannya: apakah ada nama-nama lain yang siap mengikuti jejaknya?
1. Sinyal Positif dari Miliano Jonathan
Salah satu pemain yang gencar dibicarakan adalah Miliano Jonathan. Winger kanan berusia 20 tahun ini sedang meniti karier di FC Utrecht.
Meski sempat cedera ACL, ia menegaskan niat untuk fokus memulihkan diri.
Setelah kembali fit, barulah ia mempertimbangkan tawaran membela Timnas Indonesia. Eks pelatih Shin Tae-yong pernah memantau Miliano, tetapi prosesnya belum rampung.
Bila pulih sepenuhnya dan bergabung, Miliano akan menambah daya dobrak di lini depan.
Duetnya dengan Ole Romeny atau Rafael Struick diprediksi menciptakan opsi serangan variatif.
Patrick Kluivert, pelatih Timnas Indonesia, juga disebut tertarik dengan profilnya yang siap menjelajah sisi sayap.
2. Adrian Wibowo: Bintang Muda MLS
Adrian Wibowo mencuri perhatian dengan kemunculannya di Los Angeles FC.
Pemain 19 tahun ini mencetak gol di laga pramusim tim utama, memicu kabar bahwa ia bisa jadi tambahan amunisi untuk Timnas Indonesia.
Meski sejauh ini belum ada kepastian resmi, Adrian sudah pernah menyatakan terbuka untuk panggilan Garuda.
Jika proses naturalisasi berjalan lancar, Adrian bisa jadi pilihan menarik sebagai penyerang tengah atau second striker.
Kecepatannya dan naluri golnya terbukti di kompetisi usia muda di Amerika Serikat.
Dengan bergabungnya pemain MLS, Timnas Indonesia mendapat campuran dari gaya sepak bola Eropa dan Amerika.
3. Mauro Zijlstra Belum Menyerah
Nama lain yang tak kalah memikat adalah Mauro Zijlstra. Striker muda ini mengaku siap membela Indonesia.
Namun, prioritas PSSI kini tampaknya pada pemain U-20 yang akan berlaga di ajang internasional terdekat. Alhasil, proses naturalisasi Zijlstra belum tuntas.
Jika semuanya berjalan lancar, posturnya yang menjulang dan kemampuannya menahan bola di kotak penalti menjadi aset penting bagi Garuda.
Menpora Dito Ariotedjo menegaskan bahwa naturalisasi pemain bukan upaya instan untuk satu turnamen semata.
Pemerintah dan PSSI telah menyusun rencana jangka panjang yang mencakup pembinaan, scouting bakat diaspora, serta kolaborasi dengan klub Eropa.
Tujuan besarnya tak lain adalah menjadikan Indonesia langganan di ajang sepak bola level Asia, bahkan menembus Piala Dunia.
Filosofi baru yang diusung Patrick Kluivert dan para asisten asal Belanda semakin menyemarakkan ambisi PSSI.
Metode latihan dan taktik Eropa diyakini akan mempercepat adaptasi para pemain diaspora.
Di satu sisi, gaya main Indonesia yang eksplosif dan agresif juga diperkaya dengan pendekatan modern khas Belanda.
Kedatangan para striker diaspora tentu disambut gembira oleh fans sepak bola nasional.
Masyarakat sudah lama mendambakan lini depan yang tajam dan mampu memanfaatkan peluang secara efektif.
Minimnya striker lokal dengan kapasitas Eropa menjadi alasan kuat PSSI merangkul pemain keturunan.
Langkah ini juga memunculkan pro dan kontra. Sebagian menilai Indonesia berpotensi kehilangan identitas.
Namun, tak sedikit yang menganggap naturalisasi wajar, mengingat banyak negara Asia lain yang juga melakukannya.
Intinya, target utama tetap meningkatkan kualitas tim nasional agar kompetitif di kancah internasional.
Keberhasilan merangkul striker diaspora bisa jadi momentum besar di sisa babak Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Indonesia kini terpaut tipis dengan peringkat kedua di Grup C. Dengan empat laga yang tersisa, Garuda masih berpeluang merebut tiket otomatis.
Tugas Patrick Kluivert adalah menyatukan pemain-pemain baru dengan skuad lama, agar chemistry tim tak terganggu.
Jika Indonesia mampu meraih hasil positif di laga-laga krusial, jangan heran bila gelombang pemain diaspora lain semakin deras.
Melihat bagaimana Ole Romeny langsung diterima dan dipuji, pemain muda Eropa lain akan tertarik mengikuti jejak serupa.
Termasuk striker-striker berbakat yang sempat ragu memutuskan, bisa jadi segera mantap bergabung.