Rencana Operasi Perubahan Iklim di Banten dan Pulau Jawa dari Kementrian LHK
- Yandi/BantenViva
Banten.Viva.co.id - Indonesia, khususnya Pulau Jawa, memiliki karakteristik yang berbeda dengan pulau lainnya, sehingga bisa memberi kontribusi dalam agenda pengendalian perubahan iklim.
Diantaranya potensi kecenderungan penurunan kualitas daya dukung dan daya tampung air, semakin bertambahnya luasan areal lahan kritis, peningkatan cadangan karbon melalui potensi mangrove, area hutan produksi konsesi dan stok karbon areal hutan konservasi dan hutan lindung di Pulau Jawa.
"Berdasarkan demografi, Banten pada 2024 diproyeksikan memiliki jumlah penduduk sebanyak 12,34 juta jiwa atau setara dengan 4,5 persen jumlah penduduk Indonesia. Area tutupan lahan hutan seluas 164,7 ribu hektar dengan IPM sebesar 72,72 pada akhir 2021 dengan status kategori IPM sangat tinggi," ujar Novia Widyaningtyas, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (LHK) Bidang Industri Dan Perdagangan Internasional, di Kota Serang, Selasa, 06 Agustus 2024.
Dalam datanya, luas daratan di dominasi kawasan hutan mangrove, savana, hutan pegunungan hingga hutan pantai. Mirisnya, lahan sangat kritis mencapai 330,5 ribu hektare.
Kondisi tersebut menjadi potensi yang besar untuk menyusun aksi mitigasi pengurangan emisi Gerakan Rumah Kaca di Banten, dengan memperhatikan potensi daya dukung dan daya tampung air yang cenderung menurun dan areal konservasi sebagai Carbon Storage.
Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 Region Pulau Jawa yang memuat rencana aksi mitigasi dan adaptasi, serta upaya menyerap biomassa karbon dan emisi untuk pengendalian perubahan iklim dengan pendekatan daya dukung dan daya tampung air, tingkat kekritisan lahan, kerawanan erosi dan limpasan di Region Jawa, bekerjasama dengan tim pakar dari UGM yang didukung oleh para pakar dari IPB, Universitas Brawijaya dan ITB.