Lima Ramalan Jayabaya Yang Populer

Raja Jayabaya
Sumber :
  • Viva.co.id

Banten.Viva.co.id - Ramalan Jayabaya dipercaya banyak orang sudah terbukti. Bagi masyarakat Jawa, Jangka Jayabaya masih sangat dipercaya dan diyakini jadi pedoman kehidupan masyarakat di Bumi Nusantara.

 

Jayabaya merupakan Raja Kediri yang mampu membawa kerajaan di Pulau Jawa itu masuk dalam masa kejayaannya.

 

Selama berabad-abad, Prabu Jayabaya telah dikenal karena berbagai ramalannya yang terkenal dengan sebutan Jangka Jayabaya. Ramalan-ramalan ini awalnya dicatat dalam kakawin atau tembang yang ditulis oleh Jayabaya sendiri.

 

Kepercayaan bahwa ramalan Jayabaya akan terus relevan hingga tahun 2100 masih bertahan. Beberapa ramalannya diyakini telah terwujud, sementara sebagian besar lainnya masih menunggu tanda-tanda yang disebutkan untuk menjadi nyata. 

 

Mengutip dari VIVAcoid, berikut Ramalan Jayabaya yang poluler dan diyakini sudah terbukti:

 

1) Semut ireng anak-anak sapi.

Ramalan ini sering dihubungkan dengan kedatangan bangsa Eropa, yakni Portugis dan Belanda menjajah Indonesia. Orang Eropa berkulit putih terkenal rajin dan ulet bekerja seperti semut hitam. Mereka juga selalu meminum susu sapi sejak bayi.

 

2) Kebo nyabrang kali.

Ada dua tafsir mengenai ramalan ini, pertama orang-orang Eropa yang membawa hasil bumi dari Nusantara dan dibawa menyeberang ke tempat asalnya Eropa. Sedangkan tafsir yang kedua yakni terkait adanya perang dunia ke-2. Di mana orang-orang Belanda, Perancis dan sekutunya kalah dari pasukan Nazi di bawah kepemimpinan Hitler dan harus mengungsi ke daratan Inggris.

 

3) Kejajah saumur jagung karo wong cebol.

Ramalan ini diartikan bahwa bangsa Jepang hanya akan menjajah Indonesia seumur jagung, tak akan lama. Seperti diketahui, pasukan Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Tentara dari Negeri Sakura itu terusir dari Indonesia 3,5 tahun kemudian tepatnya pada Agustus 1945.

 

4) Pitik tarung sak kandang.

Ramalan ini sering dihubungkan dengan terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Tujuh jenderal tentara angkatan darat dibunuh oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Dewan Jenderal. Setelah peristiwa pembunuhan atas tujuh jenderal itu, berturut kemudian terjadi 'pembantaian' terhadap masyarakat yang diduga terlibat dalam organisasi terlarang. Mereka dibunuh dan dihukum tanpa vonis pengadilan.

 

5) Kodok ijo ongkang-ongkang.

Aering dihubungkan dengan kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Saat itu Soeharto menggunakan Angkatan Bersenjata RI yang kebetulan menggunakan seragam berwarna hijau untuk melanggengkan kekuasaannya. Namun ada juga yang mengartikan ramalan itu dengan kejayaan Islam. Seperti diketahui sejumlah negara Islam di jazirah Arab menggunakan bendera berwarna hijau.