Sejarah Berdirinya Kabupaten Lebak Yang Berusia 195 Tahun

Logo Kabupaten Lebak
Sumber :
  • BantenViva/Yandi

Banten.Viva.co.id - Sejarah berdirinya Kabupaten Lebak, Banten, yang sudah berusia 195 tahun dan selalu diperingati setiap tanggal 02 Desember setiap tahunnya, memiliki catatan panjang. Sejarah berdirinya tidak bisa dilepaskan dari Kesultanan Banten.

Dengan luas 304.472 hektare, penetapan hari jadi Kabupaten Lebak pada 02 Desember 1828, terdapat beberapa catatan sejarah yang menjadi dasar pertimbangannya. 

Baca Juga : 

Fakta Mengejutkan Mengenai Pj Gubernur Banten Terungkap Dalam Survei Ini

Mengenal Farid Dermawan Yang Selalu Mesra Dengan Istrinya Iti Octavia Jayabaya

Kisah Haru, Rela Lelang Vespa Kesayangan Untuk Bantu Warga Palestina

Mulai dari tahun 1811, Kesultanan Banten berada dibawah kekuasaan Inggris, yang telah merebut Banten dari Belanda. Pada tanggal 19 Maret 1813, Sultan Maulana Muhammad Sofiyudin, Sultan Banten terakhir, diturunkan secara paksa dari tahtanya oleh Thomas Stamford Raffles (wakil pemerintah Inggris), kemudian Pemerintahan Kesultanan Banten diberhentikan, dan dibentuklah Karesidenan Banten sebagai pengganti pemerintahan kesultanan Banten, lalu Kesultanan Banten sendiri hanya dijadikan sebagai simbol kebudayaan dan tidak memiliki kedaulatan.

Selanjutnya Raffles mengangkat Joyo Miharjo, orang Rembang, Jawa Tengah, sebagai sultan adat Banten dengan nama Sultan Muhammad Rafiudin, sebagai pengganti Sultan Banten terakhir, Sultan Maulana Muhammad Sofiyudin.

Muhammad Rafiudin yang bukan keturunan sultan-sultan Banten diberikan gelar Sultan Banten oleh pemerintah Inggris dan tidak memiliki wilayah kekuasaan. Kemudian daerah kekuasaan Kesultanan Banten dibagi empat wilayah pada 1813, yaitu: Banten Lor, Banten Kulon, Banten Tengah dan Banten Kidul.

Ibukota Banten Kidul saat itu berada di Cilangkahan, dipimpin Tumenggung Suradilaga yang diangkat oleh Thomas Stamford Raffles, selaku Gubernur Jendral Inggris. Ia bertanggung jawab langsung kepada Residen Banten (wakil Pemerintah Inggris), bukan pada Kesultanan Banten lagi 

Ia bertanggung jawab langsung kepada Residen Banten sebagai kepanjangan dari wakil Pemerintah Inggris), bukan pada Kesultanan Banten lagi, hingga pada tahun 1816, Banten kembali jatuh ke Belanda.

Di tahun itu pula Kesultanan Banten dihapuskan dan Muhammad Rafiudin dicopot gelar Sultannya. Kemudian mengganti semua bupati yang diangkat oleh Pemerintah Inggris.

Untuk Banten Kidul Tumenggung Suradilaga digantikan oleh Putra Sultan Banten Abul Mahasin Muhammad Syifa'u Zainul Abidin, dengan gelar Raden Adipati Jamil atau Pangeran Sanjaya, dengan Ki Ngabehi Bahu Pringga (Bekas Punggawa Kesultanan Banten) sebagai Wakilnya dengan gelar Patih Derus.

Selanjutnya pada tahun 1828, ibu kota Kabupaten Banten Kidul dipindahkan dari Cilangkahan ke Lebak Parahiang, daerah Leuwidamar, dan mengganti nama Kabupaten Banten Kidul menjadi Kabupaten Lebak pada tanggal 2 Desember 1828. Tanggal bulan ini dijadikan hari jadi Kabupaten Lebak.