Sejarah Kecamatan Cikande Zaman Kolonial Belanda Tak Lepas dari Sosok Nyimas Gamparan
- IG/Explorer_Serang
Banten.Viva.co.id - Kecamatan Cikande merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Sejarah Kecamatan Cikande tidak terlepas dari kesultanan Banten dan kolonial Belanda. Bahkan memiliki sejarah yang panjang.
Di Kecamatan Cikande pernah terjadi pemberontakan pada kolonial Belanda yang kala itu menjajah tanah Banten.
Sosok yang melalukan pemberontakan pada Belanda adalah seorang wanita perkasa bernama Nyimas Gamparan.
Nyimas Gamparan adalah salah satu keturunan dari Kesultanan Banten. Pasca dihapuskannya Kesultanan Banten oleh Belanda pada 1813 di era Sultan Muhammad Syafiudin.
Keluarga kesultanan Banten menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Termasuk Nyimas Gamparan ikut menyebar.
Baca Juga : Fakta Kecamatan Cikande Serang yang Dikenal Daerah Sentra Industri di Banten
Namun, Nyimas Gamparan memutuskan untuk kembali ke tanah Banten untuk memberikan perhitungan pada Belanda.
Setelah kembali ke Banten, Nyimas Gamparan menyamar sebagai rakyat biasa sambil memobilisasi massa.
Dilansir Banten.Viva.co.id di situs Wikipedia pada Rabu (15/11/2023), Nyimas Gamparan yang sukses memobilisasi massa mulai melakukan perlawanan.
Puncaknya pada tahun 1829 hingga 1830 telah terjadi pemberontakan yaitu Perang Cikande. Perang ini merupakan perang melawan cultuurstelsel atau tanam paksa yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal van den Bosch.
Perlawanan terhadap belanda dalam oerang Cikande dipimpin langsung oleh Nyimas Gamparan dengan menggunakan taktik perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda.
Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Nyimas Gamparan dan puluhan prajurit wanitanya membuat kewalahan pasukan VOC Belanda dan banyak mengalami kerugian.
Belanda yang mengalami kerugian tidak menyerah, mereka menggunakan taktik licik termasuk menjalankan politik devide et impera atau politik pecah belah.
Saat itu, pihak Belanda merayu Raden Tumenggung Kartanata Nagara yang menjadi Demang di wilayah Jasinga, Bogor untuk melawan pasukan Nyimas Gamparan.
Oleh Belanda, Raden Tumenggung Kartanata Nagara diiming-imingi akan dijadikan penguasa di daerah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Merasa tertarik dengan tawaran tersebut, Raden Tumenggung Kartanata Nagara bersama pasukannya memukul mundur seluruh laskar Nyimas Gamparan di kawasan Pamarayan.
Nyimas Gamparan pun gugur dalam peristiwa tersebut. Jenazahnya disemayamkan di daerah Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten.
Keberhasilan Raden Tumenggung Kartanata Nagara menumpas perlawanan Nyimas Gamparan pun mendapat anugerah dari Belanda sebagai Bupati Rangkasbitung pertama (1830-1865) dengan gelar Raden Tumenggung Adipati Kartanata Nagara.
Sementara itu pada 1845, telah terjadi Perang Cikande II di bawah pimpinan Mas Sarean, dibantu oleh seorang wanita yang bernama Nyi Tinah beserta 34 orang pengikut yang semuanya wanita, Belanda kewalahan menghadapi serangan tersebut, namun mereka akhirnya semua dihukum gantung
Banten.Viva.co.id - Kecamatan Cikande merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Sejarah Kecamatan Cikande tidak terlepas dari kesultanan Banten dan kolonial Belanda. Bahkan memiliki sejarah yang panjang.
Di Kecamatan Cikande pernah terjadi pemberontakan pada kolonial Belanda yang kala itu menjajah tanah Banten.
Sosok yang melalukan pemberontakan pada Belanda adalah seorang wanita perkasa bernama Nyimas Gamparan.
Nyimas Gamparan adalah salah satu keturunan dari Kesultanan Banten. Pasca dihapuskannya Kesultanan Banten oleh Belanda pada 1813 di era Sultan Muhammad Syafiudin.
Keluarga kesultanan Banten menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Termasuk Nyimas Gamparan ikut menyebar.
Baca Juga : Fakta Kecamatan Cikande Serang yang Dikenal Daerah Sentra Industri di Banten
Namun, Nyimas Gamparan memutuskan untuk kembali ke tanah Banten untuk memberikan perhitungan pada Belanda.
Setelah kembali ke Banten, Nyimas Gamparan menyamar sebagai rakyat biasa sambil memobilisasi massa.
Dilansir Banten.Viva.co.id di situs Wikipedia pada Rabu (15/11/2023), Nyimas Gamparan yang sukses memobilisasi massa mulai melakukan perlawanan.
Puncaknya pada tahun 1829 hingga 1830 telah terjadi pemberontakan yaitu Perang Cikande. Perang ini merupakan perang melawan cultuurstelsel atau tanam paksa yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal van den Bosch.
Perlawanan terhadap belanda dalam oerang Cikande dipimpin langsung oleh Nyimas Gamparan dengan menggunakan taktik perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda.
Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Nyimas Gamparan dan puluhan prajurit wanitanya membuat kewalahan pasukan VOC Belanda dan banyak mengalami kerugian.
Belanda yang mengalami kerugian tidak menyerah, mereka menggunakan taktik licik termasuk menjalankan politik devide et impera atau politik pecah belah.
Saat itu, pihak Belanda merayu Raden Tumenggung Kartanata Nagara yang menjadi Demang di wilayah Jasinga, Bogor untuk melawan pasukan Nyimas Gamparan.
Oleh Belanda, Raden Tumenggung Kartanata Nagara diiming-imingi akan dijadikan penguasa di daerah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Merasa tertarik dengan tawaran tersebut, Raden Tumenggung Kartanata Nagara bersama pasukannya memukul mundur seluruh laskar Nyimas Gamparan di kawasan Pamarayan.
Nyimas Gamparan pun gugur dalam peristiwa tersebut. Jenazahnya disemayamkan di daerah Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten.
Keberhasilan Raden Tumenggung Kartanata Nagara menumpas perlawanan Nyimas Gamparan pun mendapat anugerah dari Belanda sebagai Bupati Rangkasbitung pertama (1830-1865) dengan gelar Raden Tumenggung Adipati Kartanata Nagara.
Sementara itu pada 1845, telah terjadi Perang Cikande II di bawah pimpinan Mas Sarean, dibantu oleh seorang wanita yang bernama Nyi Tinah beserta 34 orang pengikut yang semuanya wanita, Belanda kewalahan menghadapi serangan tersebut, namun mereka akhirnya semua dihukum gantung