Kisah Atlet Paracycling Indonesia, Dulu Juara Balap Motor Ditabrak Saat Selebrasi Hingga Diamputasi
- Instagram @mfadly43
Banten.viva.co.id – Muhammad Fadli Imamnudin merupakan mantan pembalap motor luar biasa yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Namun naas, pada tahun 2015 lalu, ia mengalami kecelakaan parah yang membuat kaki kirinya harus diamputasi.
Insiden tragedi tersebut terjadipada Minggu 7 Juni 2015 lalu, saat itu Muhammad Fadli yang memperkuat tim Astra Honda mengikuti Asia Road Racing Championship yang digelar di Sirkuit Sentul Bogor, Jawa Barat.
Balapan di Sentul itu merupakan seri 2 dari rangkaian balap ARRC musim 2015. Dan Fadli berhasil merebut juara pada race-2 kelas super sport 600cc. Dan sebagi juara, tentu saja dirinya pun melakukan selebrasi.
Namun, kejadian mengerikan terjadi. Ketika Fadli tengah menikmati tangan ke tribun penonton, tiba-tiba dirinya ditabrak oleh pembalap Thailand, Jakkrit Sawangswat yang datang dari arah belakang dengan kecepatan tinggi.
Fadli terlempar dan terguling beberapa kali dan mengalaminya karena dihantam di bagian sebelah kiri. Ia pun mengalami cedera parah pada kaki kirinya yang terhantam motor Sawangswat. Sedangkan pembalap Thailand terkapar dan tak sadarkan diri di sisi sirkuit.
Atas kejadian tragis itu, Sawanghswat harus diamputasi di bagian dua spesifikasi. Kondisi Fadli tidak kalah parah karena mengalami cedera sangat serius pada bagian lutut kirinya.
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, dan tahapan demi tahapan operasi yang dilalui oleh Fadli. Bahkan saat itu berbagai cara telah dilakukan demi mengembalikan fungsi kaki kirinya seperti semula. Mulai dari rekonstruksi kaki kiri hingga pencangkokan kulit yang telah dicoba. Namun, kakinya tidak kunjung pulih, bahkan memburuk.
Hingga akhirnya, ketika kalender memasuki tanggal 4 Januari 2016, Fadli dengan keteguhan hati mengambil keputusan terberat dalam hidupnya karena memilih untuk merelakan kaki kirinya untuk diamputasi.
Namun, Fadli kayaknya bukan manusia biasa yang mudah menyerah pada keadaan. Apa yang dialaminya di dunia balap motor tak lantas membuatnya kecewa dalam menjalani kehidupan.
Dengan kondisi fisik yang tak lagi lengkap usai kaki kiri diamputasi, Fadli justru bangkit dan membangun cita-cita baru untuk bisa meraih prestasi tertinggi di dunia olahraga.
Pria kelahiran Cibinong pada 25 Juli 1984 pun akhirnya memutuskan untuk menekuni olahraga balap sepeda . Dengan berbekal alat bantu di kaki kirinya, Fadli dengan gigih melatih diri untuk bisa memacu sepedanya dalam kecepatan tinggi.
Hingga akhirnya, Fadli sukses mencatatkan debutnya dengan mengikuti kejuaraan Balap Sepeda 2017 di Bahrain. Fadli turun di disiplin paracycling nomor Individual Time Trial kelas C4.
Dan debutnya di balap sepeda cukup menjanjikan setelah dia menempati peringkat empat dalam lomba yang berlangsung Sabtu 25 Februari 2017 Lalu, pada September 2017, Fadli mewakili Indonesia di Asean Para Games 2017, Kuala Lumpur.
Di ajang internasional ini, Fadli memborong empat medali sekaligus, dua perak dan dua perunggu. Setahun kemudian, Dali berhasil merebut medali emas ajang Asian Para Games 2018 pada nomor pengejaran individu 4.000 meter C4 putra.
Usut punya usut, Fadli sudah terjun ke dunia balap pada tahun 2001 dengan mengikuti kejuaran daerah dengan menggunakan vespa. Tidak hanya tingkat daerah, ia juga mengikuti di tingkat nasional .
Pada tahun 2004, Muhammad Fadli pernah menyumbangkan emas di ajang PON di cabang motor kelas 4-tak 110cc serta perak di kelas 2-tak. Selain itu juga, ia sudah mengoleksi enam gelar di tingkat nasional di berbagai kelas.
Singkat cerita, pada tahun 2013, ia pernah mengikuti Moto2 yang digelar di Sepang Malaysia. Namun sayang, ia harus mengalami kecelakan sebelum memasuki lap kedua dan tidak bisa melanjutkan balapannya, Ini menjadi karir pertamanya di ajang Internasional.
Setelah melewati masa pemulihan dan harus mengakhiri performa di dunia balap motor pasca tragedi tahun 2015, kini Muhammad Fadli beralih menjadi atlet sepeda difabel dan saat ini ia bergabung dengan Timnas Nasional Sepeda Difabel pada tahun 2017.