Drama Mukota VI Kadin Cilegon, Edi Haryadi Desak Panitia dan Calon Ketua Berdamai
Banten.viva.co.id –Perseteruan dalam Musyawarah Kota (Mukota) VI Kadin Cilegon terus menjadi sorotan.
Wakil Ketua 1 Bidang Keorganisasian Kadin Cilegon, Edi Haryadi, meminta semua pihak yang terlibat, termasuk panitia dan calon ketua, untuk segera menyelesaikan konflik yang berlarut-larut.
Dalam konferensi pers di Hotel Royale Krakatau, Senin 25 November 2024, ia menegaskan pentingnya duduk bersama demi menjaga stabilitas organisasi.
“Panitia Mukota Kadin 2024 dan calon yang sudah mendaftar harus kompromi. Kita butuh kesepakatan bersama yang saling mengakomodir,” ujar Edi dengan tegas.
Edi mengingatkan agar permasalahan pribadi tidak mencemari proses Mukota.
Salah satu calon ketua Kadin saat ini sedang menghadapi masalah hukum di Polda Banten, yang menurutnya harus diselesaikan secara terpisah.
“Masalah pribadi jangan dibawa ke Mukota. Ini lima tahunan, momentum penting untuk estafet kepemimpinan Kadin Kota Cilegon. Fokuslah pada kepentingan organisasi,” kata Edi.
Edi juga menekankan bahwa Kadin adalah fasilitator antara pelaku usaha dan industri.
Masalah pribadi, jika dibiarkan, bisa mengganggu jalannya roda organisasi yang sangat vital bagi dunia usaha.
Selain konflik internal, Mukota Kadin Cilegon juga diwarnai dengan gugatan hukum terhadap panitia penyelenggara.
Edi menilai, proses Mukota tidak bisa dilanjutkan selama gugatan hukum ini belum selesai.
“Jika Mukota dipaksakan, hasilnya bisa dianggap tidak sah. Calon terpilih pun berisiko menghadapi gugatan lanjutan yang akan menghambat roda organisasi,” jelas Edi.
Menurutnya, panitia harus mengambil langkah cermat dan menyeluruh dalam menangani situasi ini.
Keabsahan Mukota menjadi kunci agar kepemimpinan baru memiliki legitimasi yang kuat.
Edi berharap, Kadin Cilegon ke depan bisa lebih aktif membantu pelaku usaha dan UMKM di wilayahnya.
Ia menyoroti pentingnya peran Kadin dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kadin harus jadi jembatan bagi pengusaha, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing. Ini bukan hanya soal organisasi, tapi soal kontribusi nyata ke masyarakat,” tutup Edi.