Dorong Transisi Energi, Pameran PVS ASEAN 2023 Digelar di ICE BSD Tangerang
- Sherly / viva
Banten VIVA - Indonesia mencanangkan adanya transisi energi, menjadi energi baru terbarukan (EBT). Hal ini selaras dengan target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Dalam energi terbarukan ini, solar atau tenaga surya menjadi fokus utama pemerintah dalam transisi penggunaan energi.
Melihat keseriusan itu, pemerintah berkolaborasi dengan stake holder terkait, seperti perusahaan swasta untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pemahaman energi solar, yang menjadi salah satu pasokan kelistrikan.
Sehingga, Indonesia pun terpilih sebagai lokasi penyelenggaraan pameran Photovoltaic and Storage (PVS) ASEAN 2023 yang digelar di ICE BSD, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Dalam pameran itu, pengunjung akan melihat beragam produk inovatif terkini berupa independent and grid systems, solar charges, solar energy supplies for transportation, tracking systems, thermal storage, on- and off-grid storage, software, solar cells, solar thermal power plants, dan lain sebagainya.
President Director, PT Adhouse Clarion Events, Toerangga Putra mengatakan, kegiatan yang digelar hingga 16 November 2023 ini, melibatkan 33 perusahaan yang menampilkan produk energi solar.
"Pameran ini pertama kali diadakan di Indonesia secara internasional. Dan ada 33 perusahaan yang terlibat berasal dari China, Singapura, dan beberapa representatif di Indonesia," katanya, Rabu, 15 November 2023.
Lanjut dia, dalam pameran ini, PVS ASEAN 2023 akan menampilkan rangkaian rantai pasok industri teknologi tenaga surya dan penyimpanan secara komprehensif, yang akan membantu mendorong transisi energi Indonesia menuju sumber daya yang lebih bersih dan terbarukan.
"Seperti rencana pemerintah soal dorongan transisi energi, dengan PVS ASEAN 2023 kami pun menampilkan rangkaiannya seperti apa, yang mana kami juga menargetkan dapat dikunjungi oleh 5 ribu pengunjung dari Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara dan sekitarnya," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutaluju mengatakan, EBT merupakan hal yang penting untuk diterapkan, lantaran kebutuhan tenaga listrik pada tahun 2024 sampai 2060 diperkirakan akan tumbuh rata rata 3,6 sampai 4,2 persen per tahun.
"Kebutuhan tenaga listrik pada tahun 2024 sampai 2060 diperkirakan akan tumbuh rata rata 3,6 sampai 4,2 persen per tahun. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik tersebut akan menentukan besaran kebutuhan tambahan pembangkit dan infrastruktur pendirian tenaga listrik lainnya serta besaran emisi CO2. Makanya, untuk mencapai zero emission pemerintah telah menetapkan bebrapa program pengembangan EBT yang tercantum dalam RKUN," ungkapnya.