Cerita Sandy Walsh, Sempat Diremehkan Netizen, Kini Bertekad Jadi Legenda Timnas Indonesia

Aksi Sandy Walsh saat melawan Arab Saudi
Sumber :
  • Instagram @sandywalsh

Banten.viva.co.id – Nasionalisme para pemain diaspora Timnas Indonesia seharusnya sudah tak dipertanyakan lagi, mereka memiliki rasa emosional bermain untuk negara nenek moyang. Bahkan para pemain keturunan yang bergabung ke skuad Garuda dinilai bukan sekedar mencari ketenaran atau hanya sekedar bermain saja.

Mereka sudah membulatkan tekadnya terlebih dahulu agar siap membela mati-matian untuk nama bangsa Indonesia di dalam lapangan. Dan hal itu kembali dijelaskan Sandy Walsh dalam wawancara bersama Mills beberapa waktu lalu. 

Sandy mengaku sempat diremehkan dan disindir karena dianggap cuma sebatas cari followers atau bahkan dibanding-bandingkan dengan pemain lokal. Dan ternyata itu dirasa sangat menyakitkan bagi para pemain. 

Namun meski begitu, mereka tetap bermain sepenuh hati dan fokus dengan tujuannya yaitu membawa nama Indonesia ke ajang Piala Dunia. Karena sekali lagi, tujuan utama mereka membela lambang Garuda di dada adalah untuk membawa Merah Putih ke level yang lebih tinggi. 

 

Potret Sandy Walsh saat berjibaku dengan pemain Atab Saudi

Photo :
  • Instagram @sandywalsh

 

"Sebelum Piala Asia, ada beberapa komentar, katakanlah tentang diaspora dan pemain lokal. Dan itu rasanya tidak menyakitkan, tapi di satu sisi membuat frustasi mendengarnya. Karena di timnya sendiri tidak seperti itu," kata Sandy Walsh dalam bahas Inggris dikutip dari Kanal YouTube Mills.

"Kita memiliki tujuan yang sama, kita memiliki ambisi yang sama, dan itu untuk pergi ke Piala Dunia. Dan kami ingin menjadi legenda, kami ingin menjadi pembuat sejarah (bagi Indonesia)," lanjut Sandy Walsh.

Bergabung jadi pemain keturunan ternyata tak semulus yang dibayangkan. Mereka harus dipantau oleh para penggemar yang saat itu masih belum terlalu terbuka. Bahkan pada awalnya sempat jadi bahan pembicaraan dan perdebatan dari para pecinta sepakbola tanah air, meski para pemain keturunan memiliki darah Indonesia yang mengalir di tubuhnya. 

Namun tetap saja, para publik sepakbola saat itu masih mempertanyakan nasionalisme para pemain diaspora tersebut. Beberapa hal seperti itulah yang pada awalnya membuat mereka sempat merasa frustasi, seperti yang pernah disampaikan langsung oleh Shayne Pattynama beberapa bulan lalu. 

Namun kini nampaknya sudah berbeda, hampir seluruh publik tanah air sudah menerima mereka. Bahkan banyak yang jatuh cinta dengan para pemain diaspora ini meski beberapa tetap ada yang tak suka.

 

Berpasir Walsh

Photo :
  • Instagram @sandywalsh

 

Dalam sebuah podcast, Sandy Walsh menjelaskan beberapa hal di tubuh Skuad Garuda, seperti solidnya para punggawa Timnas Indonesia sekarang yang sudah begitu dekat bagaikan keluarga.

Terlebih, semenjak Marc Klok sydah tak dipanggil oleh Shin Tae Yong, maka Sandy Walsh lah yang sering kali jadi jembatan para pemain keturunan baru untuk beradaptasi dengan lingkungan Timnas Indonesia, dan itu membawa dampak positif bagi para punggawa yang baru bergabung agar cepat adaptasi saat menjalani debut seperti Maarten Paes. 

"Ya ini usaha satu tim, dan saya senang dengan penampilan saya yang juga membantu tim. Karena itulah ambisiku untuk datang ke sini dan membantu tim. Dan sebagai sebuah tim, kita begitu solid, stabil. Pemain baru masuk mengambil peran di tim dan langsung perform," ungkap Sandy Walsh. 

Selain itu, pemain berusia 29 tahun itu juga menjelaskan ambisi besarnya bersama timnas. Dirinya percaya dengan performa skuad asuhan Shin Tae Yong yang terus konsisten seperti saat melawan Arab Saudi dan Australia sehingga itu bisa menjadi modal membawa Timnas Indonesia mencapai target 100 besar FIFA dalam waktu dekat ini. 

"Saat ini kami bertanding melawan negara-negara yang terbiasa main di Piala Dunia. Pada Piala Dunia terakhir kemarin 2022, mereka bermain di sana, dan di ajang ini kita bisa bersaing melawan mereka. Tapi jika kamu lihat keinginan, ambisi kita, semangat akan apa yang kita perjuangkan untuk terus bertarung hingga menit akhir, kita sedang menuju ke sana. Ya saya lihat kita ada di (peringkat) 128, itu tidaklah buruk saya datang ketika peringkat kita ada di 147," terang Sandy Walsh. 

"Jadi ini adalah langkah besar tonggak besar ya, masih ada beberapa pertandingan ke depan," sambungnya. 

Ini merupakan suatu yang jarang pecinta sepakbola tanah air jumpai dengan melihat bagaimana pemain keturunan meluapkan sisi emosionalnya yang begitu dalam. Langkah besar PSSI menambah kekuatan untuk memenuhi target ambisi besar agar bisa masuk top 100 ranking FIFA serta lolos ke Piala Dunia 2026 tentunya masih akan terus dilakukan oleh Erick Thohir.

Beberapa pemain terus dicoba untuk diproses, terutama untuk penyerang dan lini tengah berlabel grade A. Karena untuk lini pertahanan nampaknya sudah cukup kuat dengan bertambahnya Mess Hilgers dan Eliano Reijnders yang bisa bermain sebagai bek.

Untuk pemain keturunan sendiri, sudah ada beberapa nama yang dirumorkan akan segera bergabung dengan Timnas Indoensia seperti Ole Romeny dan Jairo Riedewald. Bahkan ada yang mengaku sedang diproses PSSI yakni Mauro Zijlstra.

Akan tetapi, untuk Ole Romeny tampaknya masih terbilang cukup sulit untuk bisa gabung skuad asuhan Shin Tae Yong dalam waktu dekat. Meski penyerang FC Utrech itu sempat santer dikabarkan akan menjalani proses naturalisasi untuk memperkuat Timnas Indonesia usai ketahuan saling follow Instagram dengan ketua umum PSSI Erick Thohir.

Namun belakangan, anggota exco PSSI, Arya Sinulingga menyebut bahwa striker berpostur 1,85 centimeter itu sulit untuk membela Timnas Indonesia. Sementara untuk Jairo Reidewald dan Mauro Zijlstra kabarnya sedang diproses PSSI. 

Meski pun informasi yang beredar bila proses naturalisasi kedua pemain itu akan berjalan lama dan bukan untuk waktu sekarang. 

Menghadapi Bahrain dan China yang akan berlangsung away di bulan Oktober mendatang nampaknya menjadi fokus yang dikejar PSSI. 

Sekarang, PSSI sedang mempercepat proses naturalisasi dua pemain keturunan yakni Mess Hilgers dan Eliano Reijnders. Bahkan komisi DPR RI ikut buka suara dan berjanji akan mempercepat proses dua pemain baru ini agar bisa ikut away ke Bahrain dan China pada bulan Oktober mendatang.

"Siapa saja mau mempertahankan nama bangsa kita kan, kita tentu sangat gembira ada orang mau mempertahankan merah putih, begitu sampai di komisi X nanti, pemimpin dan anggota akan membahas itu dalam menyelesaikan sesuai prosedur. Tidak ada masalah, adapun yang diinginkan oleh bangsa tentu di DPR RI di komisi X akan melayani," kata Johar Arifin kepada awak media beberapa waktu lalu.