Cerita Gadis Asal Pandeglang, Gapai Mimpi Jadi Guru Profesional Lewat Program PPG

Riski Rosmawanti
Sumber :
  • Yandi Sofyan/banten.viva.co.id

Banten .viva.co.idMemiliki cita-cita menjadi seorang guru membuat dara asal Kabupaten Pandeglang , Banten, Riski Rosmawanti (24) tak berhenti meningkatkan kemampuanya untuk menggapai itu, salah satunya dengan mengikuti program Pendidikan Profesi Guru ( PPG ) pada tahun 2021 .

Menurut Riski, profesi guru mengharuskan siapa pun yang ingin terjun di dalamnya untuk tidak berhenti belajar. Tak hanya mengajar siswa, tapi guru juga bisa mendapat ilmu baru dari siswanya.

Untuk mencapai cita-citanya, perjuangan Riski dimulai saat kuliah. Ia memilih Jurusan Pendidikan Matematika, di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang dan lulus pada tahun 2021.

Setelah lulus, langkahnya langsung mengamati untuk mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sambil mengajar di sebuah tempat les yang ada di Kota Serang.

Hingga akhirnya, tahun 2021, Riski pun mengikuti PPG Prajabatan Gelombang 1 di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Saat mengikuti program ini, ia mengaku banyak pengalaman yang didapat.

"PPG memfasilitasi sarjana pendidikan untuk menjadi guru profesional. Aku pribadi sangat terbantu dengan program ini karena cita-cita menjadi guru suatu hal yang aku idamkan. Program ini banyak membantu, salah satunya mata kuliah yang tidak aku peroleh di S1, tapi di PPG aku dapat .Contohnya diferensiasi, pembelajaran sosial emosional, mata kuliah tentang penilaian khusus,” ungkapnya kepada banten.viva.co.id, Rabu 6 Desember 2023.

 

Riski Rosmawanti.

Photo :
  • Yandi Sofyan/banten.viva.co.id

 

Riski mengakui program PPG mengubah banyak hal dalam dirinya. Terutama dalam proses menghadapi siswa di praktik belajar mengajar.

Karena menurutnya, kemampuan menghadapi siswa diasah dalam mata kuliah social emosional learning. Mata kuliah ini menjadikannya belajar cara mengendalikan diri dan situasi serta sadar akan situasi lingkungan sosial yang menghadapnya.

“Karena bukan hanya materi, tapi bisa mengerti emosi siswa. Dan betul, belajar bisa menjadi hal membosankan kalau kita tidak menyisipkan esensi dari belajar itu sendiri,” ungkapnya.

Oleh karena itu, untuk menghadapi hal itu, Riski kini selalu berupaya mendekati para anak didiknya baik di tempat les maupun saat melakukan les private. Pasalnya ia saat ini belum mengajar di sekolah formal karena masih menunggu hasil tes PPPK yang tengah diikutinya.

Pengalamannya selama mengikuti program PPG, diakui Riski memberikan peran besar dalam pola mengajarnya agar anak didiknya lebih menyukai sebuah materi belajar. Terlebih lagi mata pelajaran Matematika yang sering digelutinya menjadi hal yang paling dihindari oleh sebagian anak.

“Saya nerapin (pendekatan emosional). Alhamdulillah kedekatan saya dengan siswa lebih dekat, kepercayaan mereka ke saya juga lebih luas, akibatnya mereka lebih nyaman belajar dengan saya, transfer pengetahuan pun lebih mudah diterima,” ungkapnya.

“Ada pula teknik pernafasan yang diajarkan saat PPG, dan itu mengkondisikan kelas membangun batasan antara siswa dan guru agar lebih rileks, jadi kayak sebuah perawatan,” imbuhnya.

Dengan demikian, ungkap Riski, program PPG sangat mengubah hidupnya sebagai seorang tenaga pendidik. Ia menyampaikan program ini adalah pilihan yang tepat meski sangatlah sulit, namun hasil yang baik akan diperoleh setelah tantangan dan rintangan dapat dilalui.

“Buat calon guru yang ingin mengikuti program PPG, kalian ada di pilihan yang tepat, karena dalam program pendidikan guru ini kalian bisa memaksimalkan kemampuan dan kualitas diri sebagai guru dan sebagai individu,” tandasnya.